(bagian 1)
Gatotkaca adalah tokoh legendaris dalam dunia pewayangan yang konon merupakan tokoh yang asli di dunia pewayangan Indonesia yang dalam cerita asalnya Mahabrata sebenarnya tidak ada. Kepopuleran tokoh Gatotkaca sudah cukup menggambarkan bahwa sudah sejak lama orang Indonesia ingin memiliki kemampuan untuk terbang.
Ironisnya, nama kecil Gatotkaca yaitu Tetuko yang menjadi nama dari pesawat karya anak bangsa yang dianggap sebagian karya industri dirgantara nasional lalu menjadi singkatan yang menyindir PTDI, yaitu "sing teko ora tuku-tuku dan sing tuku ora teko-teko" (terj. Bahasa Jawa: yang datang tidak beli, yang beli tidak datang).
Peletak sejarah
Sejak dimulainya serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan lisensi, evaluasi teknis dan keselamatan untuk semua pesawat yang beroperasi di seluruh Indonesia di era pemerintah kolonial Belanda, tahun 1914, Bagian Uji Terbang didirikan di Surabaya dengan tugas untuk mempelajari kinerja penerbangan pesawat di wilayah tropis.
Tahun 1937, beberapa pemuda Indonesia, yang dipimpin oleh Tossin membangun bengkel pesawat terbang di Jl. Pasirkaliki, Bandung atas permintaan pengusaha lokal, dibuatlah pesawat PK KKH desain dari LW. Walraven dan MV. Patist, pesawat kecil yang mengejutkan dunia penerbangan saat itu karena daya jelajahnya.
Pada tahun 1946, sebuah lokakarya khusus didirikan di Magetan, dekat Madiun, Jawa Timur. Dari bahan sederhana berupa sejumlah Zogling, mereka membuat pesawat ringan NWG-1.
Kemudian pada 1948, Wiweko Supono, Nurtanio Pringgoadisurjo, Yum Soemarsono, Tossin Ahmad dan kawan-kawan berhasil membuat mesin pesawat pertama modikasi yang dikenal dengan nama RI-X dari mesin Harley Davidson, WEL-X, rancangan Wiweko Supono. Selanjutnya, Nurtanio mengembangkan dan mengerjakan sendiri pesawat tanpa dana dari pemerintah, proyek idealis dan jiwa patriot murni dari sang prajurit udara.
Evolusi
Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan dengan kondisi geogras yang sulit untuk diakses tanpa sarana transportasi yang memadai, melalui tangan Nurtanio Pringgoadisurjo, pionir industri dirgantara nasional, pemerintah Bung Karno merintis kerjasama dengan  CEKOP, pabrik pesawat terbang Polandia. BJ Habibie, adalah angkatan ke-V yang dikirim Bung Karno ke Belanda dan Jerman.
Pada tahun 1966 saat Adam Malik menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia dan berkunjung ke Jerman, beliau meminta Habibie untuk menyumbangkan pikirannya pada realisasi industri penerbangan di Indonesia.