Bayangkan dunia di mana musik tidak hanya untuk dinikmati manusia, tetapi juga untuk tanaman. Konsep ini mungkin terdengar tidak biasa, namun telah ada selama beberapa dekade melalui sebuah genre musik yang dikenal sebagai Plantasia. Musik ini diciptakan dengan tujuan khusus untuk menyenangkan dan menstimulasi pertumbuhan tanaman. Meski awalnya tampak seperti sebuah eksperimen artistik, genre ini kini semakin mendapatkan perhatian, baik dari pecinta tanaman maupun dari dunia musik itu sendiri.
Plantasia pertama kali muncul pada tahun 1976 melalui sebuah album berjudul Mother Earth's Plantasia, yang diciptakan oleh komposer asal Kanada, Mort Garson. Album ini unik karena digubah dengan tujuan eksplisit untuk "didedikasikan kepada tanaman rumah yang sehat." Garson menggunakan teknologi synthesizer Moog yang inovatif pada masa itu untuk menciptakan suara lembut dan menenangkan yang dianggap mampu merangsang pertumbuhan tanaman. Musik dalam Plantasia dikemas dalam alunan yang dirancang untuk meniru kondisi alami yang sering dialami tanaman di alam bebas, seperti suara hujan, angin lembut, atau alunan gemerisik dedaunan.
Album Mother Earth's Plantasia tidak hanya unik dalam pendekatannya terhadap suara, tetapi juga dalam distribusinya. Menurut laporan dari Superlive, album ini awalnya hanya tersedia sebagai hadiah gratis bagi mereka yang membeli furnitur dari toko tanaman rumah di Los Angeles, yang mempromosikan konsep perawatan tanaman dengan bantuan musik. Meski awalnya album ini kurang mendapatkan perhatian luas, kebangkitannya kembali di era digital membuatnya menjadi fenomena tersendiri, terutama bagi generasi baru yang tertarik pada musik eksperimental dan dunia botani.
Pertanyaan yang mungkin muncul adalah: mengapa tanaman butuh musik? Walau terdengar tidak masuk akal, berbagai penelitian menunjukkan bahwa suara dan getaran dari musik dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Menurut artikel yang diterbitkan oleh Tempo, musik dengan ritme lembut dan getaran halus dapat membantu mempercepat pertumbuhan tanaman, terutama karena getaran suara diyakini menstimulasi sel-sel tanaman. Bahkan, dalam beberapa penelitian lebih lanjut, suara yang menyerupai alam seperti air mengalir atau angin, terbukti membantu memperbaiki metabolisme tanaman dan meningkatkan proses fotosintesis.
Musik Plantasia dengan pendekatan yang lembut dan harmonis ini sangat cocok untuk menciptakan suasana rileks bagi tanaman. Selain itu, ada anggapan bahwa tanaman, seperti halnya manusia, merespons dengan baik terhadap lingkungan yang tenang dan damai. Jadi, memainkan musik Plantasia tidak hanya memberi manfaat bagi pemilik tanaman, tetapi juga membantu tumbuhan untuk tumbuh lebih sehat.
Andrea Wiwandhana, founder CLAV Digital, menyebutkan bahwa fenomena ini tidak hanya sebatas tren, tetapi bagian dari perkembangan pemahaman manusia tentang hubungan mereka dengan alam. "Kita semakin sadar bahwa segala sesuatu di sekitar kita, termasuk tanaman, merespons lingkungan mereka, dan dengan demikian, memperlakukan mereka dengan lebih baik, seperti memainkan musik khusus, adalah hal yang logis," ujar Andrea.
Seiring dengan kebangkitan popularitas Plantasia di era digital, konsep ini semakin mendapat tempat di hati para pecinta tanaman dan musik eksperimental. Salah satu contoh yang menarik datang dari grup elektronik asal Indonesia, Bottlesmoker, yang pada tahun 2020 mengadakan konser yang didedikasikan khusus untuk tanaman. Konser ini, seperti yang dilaporkan oleh Detik, merupakan upaya untuk mengeksplorasi konsep harmoni antara musik dan dunia tumbuhan dengan melibatkan ribuan tanaman sebagai audiens utama mereka. Alunan musik yang disajikan oleh Bottlesmoker menggambarkan suasana alam yang damai dan tentram, dan meski tanaman tidak bisa memberi umpan balik langsung, banyak orang yang merasakan manfaat positif dari konser tersebut dalam hal suasana hati dan perasaan tenang.
Konsep konser khusus untuk tanaman ini mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang, tetapi di kalangan komunitas pecinta tanaman, ini dianggap sebagai bentuk ekspresi artistik yang mendalam. Selain konser, banyak musisi modern yang mengadaptasi unsur-unsur Plantasia ke dalam karya mereka, baik untuk meditasi, perawatan tanaman, maupun sekadar menciptakan suasana yang nyaman di rumah.
Bukan hanya manusia yang menikmati manfaat dari musik. Tanaman, meski tak memiliki telinga seperti manusia, merespons getaran suara dengan cara yang menarik. Seperti yang dijelaskan oleh beberapa ilmuwan dalam artikel Tempo, tanaman dapat "mendengar" musik melalui getaran yang merangsang pertumbuhan. Musik dengan tempo lambat dan suara lembut, seperti yang dihasilkan dari Plantasia, memberikan stimulus positif yang membantu perkembangan sel-sel tanaman. Musik ini menciptakan lingkungan yang damai, di mana tanaman bisa berfotosintesis dengan lebih optimal, tumbuh lebih cepat, dan lebih sehat.
Selain mempercepat pertumbuhan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa musik juga dapat membantu tanaman mengatasi stres. Tumbuhan yang mengalami kondisi lingkungan yang kurang ideal, seperti kekurangan air atau sinar matahari, cenderung merespons dengan lebih baik ketika diperdengarkan musik yang menenangkan. Jadi, jika Anda seorang pecinta tanaman yang ingin memberikan perlakuan ekstra pada koleksi hijau Anda, mungkin memainkan album Plantasia bisa menjadi pilihan yang menarik.
Yang menarik dari genre Plantasia adalah bagaimana musik ini tidak hanya bermanfaat untuk tanaman, tetapi juga untuk manusia. Banyak pendengar yang mengklaim bahwa mendengarkan musik Plantasia memberikan rasa tenang dan nyaman, mirip dengan efek meditasi. Alunan melodi yang sederhana, namun indah, membawa ketenangan yang sejalan dengan konsep alam dan keharmonisan. Musik ini bisa menjadi solusi bagi mereka yang mencari kedamaian di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern.
Di era di mana urbanisasi membuat manusia semakin jauh dari alam, Plantasia hadir sebagai pengingat bahwa hubungan kita dengan alam tidak pernah benar-benar terputus. Musik ini bukan hanya tentang menyenangkan tanaman, tetapi juga menciptakan hubungan harmonis antara manusia, musik, dan dunia tumbuhan. Sebuah kolaborasi yang indah antara dua entitas yang tampaknya berbeda, namun saling melengkapi.
Dengan semakin berkembangnya minat terhadap kesehatan mental, meditasi, dan kecintaan terhadap alam, masa depan genre musik seperti Plantasia tampaknya semakin cerah. Di banyak negara, gerakan untuk memperlakukan tanaman sebagai bagian penting dari kehidupan manusia semakin populer. Orang-orang tidak lagi hanya menanam tanaman untuk hiasan semata, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan harmonis.
Musik Plantasia pun mulai menemukan tempatnya dalam tren ini. Banyak musisi modern yang tertarik menggabungkan elemen alam dan teknologi dalam musik mereka, menciptakan suara yang bisa dinikmati oleh manusia dan tanaman sekaligus. Bahkan, beberapa startup di bidang teknologi pertanian kini tengah mengembangkan perangkat yang dapat memonitor respons tanaman terhadap musik, memungkinkan kita untuk lebih memahami bagaimana getaran suara mempengaruhi kehidupan tumbuhan.
Kesimpulannya, Plantasia adalah lebih dari sekadar genre musik. Ia adalah wujud nyata dari hubungan mendalam antara manusia, teknologi, dan alam. Di masa depan, kita mungkin akan melihat lebih banyak eksperimen kreatif seperti ini yang tidak hanya memperkaya pengalaman manusia, tetapi juga memperhatikan dan merawat lingkungan kita. Jadi, apakah Anda seorang pecinta tanaman, pencinta musik eksperimental, atau hanya ingin mencoba sesuatu yang baru, Plantasia bisa menjadi salah satu pilihan yang unik dan menarik untuk Anda eksplorasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H