Mohon tunggu...
Pernah Duda
Pernah Duda Mohon Tunggu... Musisi - Penghibur

Ngomongin Budaya Populer. Yang santai-santai aja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perbedaan Orang yang Suka Selingkuh dengan Binatang, Apakah Memang Tidak Ada?

24 September 2024   17:47 Diperbarui: 24 September 2024   17:53 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perselingkuhan sering kali menjadi topik yang kontroversial dan emosional di masyarakat manusia. Namun, apakah perilaku ini benar-benar unik bagi manusia? Ketika kita berbicara tentang perselingkuhan, kita mungkin langsung berpikir tentang pengkhianatan dalam hubungan romantis manusia. Tapi ternyata, fenomena "selingkuh" juga terjadi di alam binatang, dan para ilmuwan menganggap ini sebagai bagian dari evolusi dan strategi bertahan hidup.

Jadi, apakah ada perbedaan antara manusia yang berselingkuh dan binatang? Apakah tindakan ini sepenuhnya sama, atau apakah ada faktor-faktor yang membedakan? Artikel ini akan menguraikan perbandingan antara perselingkuhan di kalangan manusia dan binatang, serta melihat bagaimana hal ini telah berkembang dalam konteks evolusi.

Di alam liar, perselingkuhan atau perilaku kawin dengan lebih dari satu pasangan bukanlah hal yang jarang terjadi. Banyak spesies hewan terlibat dalam perilaku yang bisa kita kategorikan sebagai "selingkuh" dalam konteks manusia. Beberapa spesies burung yang terkenal monogami, misalnya, diam-diam terlibat dalam "extra-pair copulations," yaitu kawin di luar pasangan tetap mereka.

Dalam dunia binatang, perilaku ini sering dilihat sebagai strategi evolusioner untuk memastikan keberlanjutan spesies. Seperti dijelaskan dalam artikel yang dimuat di Live Science, perilaku ini bisa meningkatkan keberagaman genetik dalam keturunan mereka, yang pada akhirnya memperbesar peluang keturunan untuk bertahan hidup di lingkungan yang berubah. Selain itu, untuk hewan betina, kawin dengan beberapa pejantan bisa meningkatkan peluang mendapatkan keturunan dari pejantan yang paling kuat secara genetik.

Andrea Wiwandhana, founder CLAV Digital, menjelaskan, "Dalam dunia binatang, perselingkuhan bisa dianggap sebagai strategi untuk meningkatkan kualitas genetik, namun pada manusia, ini lebih sering dilihat sebagai pelanggaran norma sosial dan etika dalam hubungan."

Ini menunjukkan bahwa dalam alam binatang, "perselingkuhan" bisa dianggap sebagai mekanisme evolusi yang alami dan tidak berhubungan dengan moralitas atau etika, berbeda dengan konteks manusia yang lebih kompleks.

Salah satu alasan mengapa binatang "selingkuh" adalah untuk memaksimalkan peluang reproduksi mereka. Seperti yang dilaporkan dalam penelitian, banyak spesies jantan yang akan mencoba kawin dengan sebanyak mungkin betina untuk meningkatkan kemungkinan keberlangsungan gennya. Sedangkan bagi betina, kawin dengan lebih dari satu pejantan bisa menawarkan beberapa keuntungan, seperti jaminan keturunan yang lebih kuat secara genetis, atau mendapatkan bantuan dari lebih banyak pejantan dalam merawat anak-anak mereka.

Banyak spesies hewan, seperti singa laut, gorila, dan bahkan beberapa jenis monyet, diketahui memiliki sistem sosial yang memungkinkan pejantan dominan kawin dengan banyak betina. Dalam konteks ini, perilaku kawin di luar pasangan utama dianggap wajar dan alami sebagai bagian dari dinamika sosial mereka. Bahkan pada burung yang umumnya dianggap monogami, penelitian menunjukkan bahwa sekitar 90 persen spesies burung mengalami perselingkuhan, meski memiliki pasangan tetap.

Jika kita memandang perilaku selingkuh manusia dari sudut pandang evolusi, kita bisa mulai melihat beberapa kesamaan dengan dunia binatang. Dalam artikel yang diterbitkan oleh The Swaddle, dijelaskan bahwa perilaku selingkuh mungkin berasal dari sifat dasar manusia yang pada dasarnya poligamis. Sebelum adanya norma sosial dan aturan pernikahan, manusia purba mungkin juga terlibat dalam hubungan yang tidak monogami sebagai cara untuk memastikan keberlanjutan keturunan dan diversitas genetik.

Namun, seiring berkembangnya peradaban manusia, konsep perselingkuhan menjadi lebih kompleks. Tidak lagi hanya soal kelangsungan keturunan, perselingkuhan manusia kini melibatkan norma sosial, moralitas, dan hubungan emosional yang mendalam. Sebagai makhluk sosial, manusia membangun institusi seperti pernikahan yang menciptakan ekspektasi akan kesetiaan dan komitmen. Oleh karena itu, ketika seseorang berselingkuh, tindakan ini sering kali dipandang sebagai pelanggaran terhadap kepercayaan dan nilai-nilai yang dipegang teguh dalam hubungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun