Proses surrogacy tidaklah instan dan memerlukan persiapan matang, baik dari segi fisik, medis, maupun hukum. Sebelum memulai surrogacy, pasangan biasanya berkonsultasi dengan dokter kesuburan untuk menentukan apakah ini adalah jalan terbaik untuk mereka. Proses ini bisa dilakukan melalui agen surrogacy, yang akan mencarikan wanita yang bersedia menjadi ibu pengganti. Ibu pengganti harus menjalani pemeriksaan medis dan psikologis untuk memastikan dia sehat dan siap menjalani proses kehamilan.
Pada tahap ini, sel telur dari ibu biologis (atau donor) akan diambil dan dibuahi dengan sperma dari ayah biologis. Embrio yang telah terbentuk kemudian ditanamkan ke rahim ibu pengganti melalui prosedur yang disebut IVF (in vitro fertilization). Setelah embrio tertanam, ibu pengganti akan menjalani kehamilan seperti biasa. Aspek hukum adalah bagian yang sangat penting dalam surrogacy. Pasangan yang akan menjadi orang tua biasanya membuat kontrak dengan ibu pengganti untuk memastikan bahwa hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak terlindungi. Ini termasuk hak hukum atas anak yang akan lahir.
Ibu pengganti akan menjalani kehamilan selama sembilan bulan seperti biasa, dan setelah bayi lahir, hak asuh anak sepenuhnya akan diserahkan kepada pasangan yang menggunakan jasa surrogacy. Meski surrogacy menawarkan harapan bagi banyak pasangan yang ingin memiliki anak, metode ini juga sering menuai kontroversi. Beberapa orang melihat surrogacy sebagai praktik yang melibatkan eksploitasi terhadap perempuan, terutama ibu pengganti, yang mungkin berasal dari latar belakang ekonomi yang lemah. Selain itu, isu-isu hukum yang kompleks sering kali muncul terkait hak ibu pengganti dan hak orang tua biologis.
Di beberapa negara, surrogacy komersial dilarang karena dianggap tidak etis. Namun, di negara-negara lain, seperti Amerika Serikat dan India, praktik ini legal dan diatur secara ketat. Beberapa kalangan mengkritik bahwa surrogacy hanya tersedia bagi mereka yang mampu secara finansial, sehingga menciptakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses ke teknologi reproduksi ini dan yang tidak.
Keputusan Priyanka Chopra dan Nick Jonas untuk menggunakan metode surrogacy merupakan salah satu contoh bagaimana selebriti modern memanfaatkan kemajuan teknologi medis untuk membentuk keluarga mereka. Meskipun surrogacy masih menjadi topik yang kontroversial di berbagai belahan dunia, tidak bisa dipungkiri bahwa metode ini telah memberikan harapan baru bagi pasangan yang mengalami kesulitan memiliki anak.
Sebagai metode yang terus berkembang dan mendapatkan popularitas, surrogacy memunculkan pertanyaan tentang masa depan reproduksi dan bagaimana masyarakat global akan menghadapi tantangan-tantangan etika dan hukum yang menyertainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H