STUDENT'S ROLE IN DEALING WITH
LATENT HAZARDS AND RADICALISM
ABSTRACT
The notion that militant Islamic groups are followed by ordinary people is starting to be realized by fundamentalists. Changes in movement were carried out by this group, the choice of student groups as new agents was considered capable of changing movement patterns. The spread of Islamic radical groups among students is inseparable from the efforts to regenerate intellectual groups among Islamic fundamentalists. The strategy used is ideological indoctrination which makes it difficult for students to separate from this group. This phenomenon eventually formed a new metamorphosis of the radical Islamic movement on campus. Radical ideology is increasingly troubling because it develops in strategic groups, namely youth. Dissemination through social media with the emergence of hoaxes and several radical websites has become a new trend and the mainstay of terrorists in spreading their understanding. The radicalism movement is massive, organized and dangerous. This is exacerbated by the weak spirit of defending the country among students. Therefore, the handling must be carried out comprehensively, one of which is through revitalizing the role of universities in West Java. The approach used in this research is qualitative with descriptive method. Keywords: Radical Movement, Islam, Student Fundamentalism, universities, handling of radicalism, students.
  Â
Latar Belakang
Tuhan Yang Maha Esa memberikan anak sebagai anugerah yang harus dibimbing supaya berkembang dan tumbuh menjadi seseorang yang memiliki pribadi teladan. Secara garis besar gerakan radikalisme disebabkan oleh faktor ideologi dan faktor non-ideologi seperti ekonomi, dendam, sakit hati, ketidakpercayaan dan lain sebagainya. Faktor ideology sangat sulit diberantas dalam jangka  pendek dan memerlukan perencanaan yang matang karena berkaitan dengah keyakinan yang sudah dipegangi dan emosi keagamaan yang kuat. Faktor ini hanya bisa diberantas permanen melalui pintu masuk pendidikan (soft treatment) dengan cara melakukan deradikalisasi secara evolutif yang melibatkan semua elemen. Pendekatan keamanaan (security treatment) hanya bisa dilakukan sementara untuk mencegah dampak serius yang ditimbulkan sesaat. Sementara faktor kedua lebih mudah untuk diatasi, suatu contoh radikalisme yang disebabkan oleh faktor kemiskinan cara mengatasinya adalah dengan membuat mereka hidup lebih layak dan sejahtera.
    Faktor ideologi merupakan penyebab terjadinya perkembanga radikalisme di kalangan mahasiswa. Secara teoretis, orang yang sudah memiliki bekal pengetahuan setingkat mahasiswa apabila memegangi keyakinan yang radikal pasti sudah melalui proses muja> dalah atau tukar pendapat yang cukup lama dan intens sehingga pada akhirnya mahasiswa tersebut dapat menerima paham radikal. Persentuhan kalangan mahasiswa dengan radikalisme Islam tentu bukan sesuatu yang muncul sendiri di tengah-tengah kampus. Radikalisme itu muncul karena adanya proses komunikasi dengan jaringan-jaringan radikal di luar kampus. Dengan demikian, gerakan-gerakan radikal yang selama ini telah ada mencoba membuat metamorfosa dengan merekrut mahasiswa, sebagai kalangan terdidik. Dengan cara ini kesan bahwa radikalismenya dipegangi oleh masyarakat awam kebanyakan menjadi luntur dengan sendirinya. Tulisan ini membahas pola rekrutmen terhadap mahasiswa oleh kalangan radikal dan bagaimana usaha mereka dalam menyebarkan radikalisme Islam di kampus.
Metode Â
Materi yang diberikan dalam kegiatan pengabdian ini disesuaikan dengan peroalan yang melatar belakangi kegiatan pengabdian ini, yakni persoalan yang mengantarkan pada pentingnya upaya penguatan wawasan kebangsaan bagi generasi muda. Materi tersebut sebagai strategi penguatan yang diharapkan menjawab masalah sebagaimana diuraikan di atas. Secara garis besar materi termaksud meliputi: pengertian nasionalisme, lingkup nilai-nilai nasionalisme, problem nasionalisme, Generasi muda dan tantangan nasionalisme era disruption, dan strategi pemecahan masalahnya. Penulisan artikel ini menggunakan pendekatan induktif, yakni dengan mengamati fakta di lapangan kemudian mencoba mengorganisasi fakta menjadi kesatuan unsur yang bermakna. Apa urgensi kegiatan yang dilakukan, bentuk kegiatannya seperti apa, di mana kegiatan itu dilakukan, materi kegiatan apa, tahap pelaksanannya bagaimana, prosesi pelaksanaan pembelajaran di lapangan, dan hasil kegiatan.
Hasil dan PembahasanÂ
Sepanjang prosesi kegiatan terlihat para mahasiswa antusias dan serius dalam mengikuti paparan dari dosen nara sumber. Hal ini mengindikasikan, ada dampak situasi rasa ingin tahu yang dihasilkan dari kegiatan pengabdian ini sebagai langkah penguatan bagi para mahasiswa. Terjadi proses diskusi dialogis antar mahasiswa. Dari sisi substansi materi kegiatan cukup menumbuhkan kesadaran dan wawasan nasionalisme para mahasiswa, hal ini terlihat ketika memasuki sesi diskusi nampak antusiasme dan komunikasi dialogis yang terstruktur dan konseptual. Misal saat berdikusi tentang, arti nasionalisme dan berbagai persoalan yang sedang timbul di Indonesia. Sesi diskusi dan kuis memungkinkan para siswa bereksplorasi menggali nilai-nilai nasionalisme, persoalan nasionalisme bagi generasi muda dan tantangan nasionalisme generasi muda di era disruption. Pada sesi terakhir mahasiswa mencoba beridealisasi mencari solusi permasalahan nasionalisme.