Vitamin D adalah nutrisi penting bagi semua orang, terutama bagi mereka yang menderita diabetes, dan efek potensial vitamin D lebih kuat di antara orang yang berisiko diabetes. Bukti epidemiologis menunjukkan bahwa asupan vitamin D yang cukup, dapat mencegah atau menunda timbulnya diabetes. Studi klinis telah menunjukkan bahwa vitamin D dapat berpengaruh terhadap fungsi sel beta melalui kontrol metabolisme.
Vitamin D adalah vitamin larut lemak yang dikonsumsi sebagai ergocalciferol (D2) atau kolekalsiferol (D3) melalui sumber makanan dan disintesis di kulit di bawah pengaruh radiasi UVB (vitamin D3). Sumber makanan terbaik adalah ikan berlemak atau minyak hatinya; namun, sejumlah kecil juga ditemukan dalam mentega, krim, dan kuning telur. Di dalam darah, semua metabolit vitamin D terikat pada protein pengikat vitamin D (DBP). Vitamin D3 diubah oleh dua hidroksilasi berturut-turut di hati (25-hidroksilase) dan ginjal (1α-hidroksilase) menjadi bentuk hormonal aktifnya, yaitu 1,25(OH)2D3.
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Vitamin D memainkan peran pengaturan dalam sekresi insulin, kelangsungan hidup sel beta pankreas, dan fluks kalsium dalam sel beta pankreas.
Bentuk vitamin D yang aktif secara metabolik, 1,25 (OH)2 D3, telah terbukti memiliki efek pada pemain utama yang terlibat dalam patogenesis diabetes tipe 1 dan tipe 2. Fungsi sel beta telah terbukti meningkat seiring cukupnya keberadaan 1,25(OH)2D3 baik secara in vitro mamupun in vivo. Maka dari itu, pencegahan defisiensi vitamin D sangat penting untuk normalnya fungsi sel beta pankreas sebagai penghasil hormon insulin, yang berfungsi untuk menurunkan kadar gula dalam darah.
Bagaimana penentuan status defisiensi vitamin D?
Pengukuran status vitamin D adalah berdasarkan konsentrasi 25-Hydroxyvitamin D, yang merupakan bentuk sirkulasi utama vitamin D yang digunakan dokter untuk menentukan status vitamin D seseorang. 25- hidroksivitamin D [25(OH)D] adalah hasil pengubahan vitamin D di dalam hati (setelah dibuat di kulit dari paparan sinar matahari ataupun tertelan dari makanan). Seseorang berstatus defisiensi vitamin D, ketika konsentrasi 25(OH)D kurang dari 20 ng/mL. Status vitamin D lebih detail pada gambar.
Lantas, bagaimana pengaruh defisiensi vitamin D terhadap diabetes?
Bentuk aktif vitamin D yaitu 1α,25-dihidroksivitamin D3, diperlukan untuk sekresi dan biosintesis insulin normal dan dilaporkan melindungi sel beta terhadap sitokin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dan hiperinsulinemia. 1α,25-dihidroksivitamin D3 melindungi sel beta dari disfungsi sel beta yang diinduksi sitokin. Pencegahan kerusakan sel beta langsung akibat sitokin oleh 1α,25-dihidroksivitamin D3, merupakan langkah penting dalam patogenesis diabetes tipe 1. Vitamin D dapat meningkatkan kelangsungan hidup sel beta dan mengurangi efek peradangan sistemik pada pasien diabetes tipe 2 dengan cara: 1α,25-dihidroksivitamin D3dapat melindungi terhadap apoptosis yang diinduksi sitokin.
Selain itu, data terbaru menunjukkan adanya reseptor vitamin D pada sel beta pulau Langerhans, dan kemampuannya untuk mengekspresikan 1-alfa hidroksilase sehingga mengaktifkan 25 (OH) D, membentuk 1α,25-dihidroksivitamin D3. Maka dari itu, defisiensi vitamin D telah terbukti mengganggu sintesis dan sekresi insulin pada manusia dan model diabetes hewan, menunjukkan peran dalam perkembangan diabetes tipe 2. Selain itu, studi epidemiologi menunjukkan hubungan antara kekurangan vitamin D pada awal kehidupan dan timbulnya diabetes tipe 1 di kemudian hari.
REFERENSI
ADA (American Diabetes Association). (2010). Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 34(Supplement_1), S62–S69. doi:10.2337/dc11-s062
Berridge, M. J. (2017). Vitamin D deficiency and diabetes. Biochemical Journal, 474(8), 1321-1332.
Holick, M. F. (2008). Diabetes and the vitamin D connection. Current diabetes reports, 8(5), 393-398.
Mathieu, C., Gysemans, C., Giulietti, A., & Bouillon, R. (2005). Vitamin D and diabetes. Diabetologia, 48(7), 1247-1257.
Mitri, J., & Pittas, A. G. (2014). Vitamin D and diabetes. Endocrinology and Metabolism Clinics, 43(1), 205-232.
Ozfirat, Z., & Chowdhury, T. A. (2010). Vitamin D deficiency and type 2 diabetes. Postgraduate medical journal, 86(1011), 18-25.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H