Mohon tunggu...
Permana Wildan
Permana Wildan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lifelong Learner

Tertarik dengan buku, filsafat, sejarah, bahasa, dan hukum.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Nasib Pilu Pribumi dengan Buku Bumi Manusia

27 September 2024   21:12 Diperbarui: 27 September 2024   21:17 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer merupakan salah satu Masterpiece dari sastra Indonesia. Buku ini begitu fenomenal karena dibalik ceritanya yang baik, proses pembuatan buku ini melalui tantangan yang apik dan pengalaman hidup yang mengagumkan dari Pramoedya Ananta Toer. Secara singkat, "Pram" panggilan penulis buku Bumi Manusia harus terpenjara secara tidak adil pada masa hidupnya selama 13 tahun. Pada saat masa isolasi inilah Pram menulis tetralogi Pulau Buru yang salah satunya adalah Bumi Manusia. Buku ini juga pernah dilarang di Indonesia pada saat masa orde baru dengan alasan pemikiran kiri (Komunisme) yang dimana hal ini masih dipertanyakan oleh banyak orang. Hal ini justru menambah eksklusifitasan dan daya tarik dari karya Pram ini.

Bumi Manusia berfokus kepada tokoh utama dari buku ini yaitu Minke. Minke adalah seorang siswa H.B.S, sekolah yang ada pada masa kolonialisme Belanda. H.B.S sendiri merupakan sekolah Belanda, dimana pribumi yang bisa bersekolah bukan sembarangan Pribumi. Tokoh Minke sendiri merupakan anak dari seorang pejabat pribumi setempat, dimana Ayahnya merupakan seorang Bupati. Cerita bermula pada saat Minke dan temannya Robert Suurhof, pergi ke perusahaan di wilayah Wonokromo, Surabaya. Minke di ajak oleh Robert untuk bertemu seorang gadis pribumi-Belanda bernama Annelies Mellema. Perkenalan antara Minke dan Annelies, juga dengan Ibu Annelies bernama Nyai Ontosoroh berlanjut kepada kedekatan dan keakraban antara ketiganya. Minke jatuh cinta kepada Annelies begitu juga dengan Annelies, yang didukung oleh Nyai Ontosoroh. Cerita semula bahagia dengan kisah romantisme Minke dan Annelies, Kewibawaan dan kepemimpinan Nyai Ontosoroh. Ujung kebahagiaan ini adalah pernikahan antara Minke dan Annelies Mellema. Tapi, semua kandas setelah kematian Herman Mellema ayah Annelies dan "suami" Nyai Ontosoroh. Keluarga kecil ini dihadapi dengan kenyataan keputusan pengadilan belanda, diikuti oleh keputusan pengadilan Surabaya yang mengambil paksa kekayaan Nyai Ontosoroh dan juga legitimasi Annelies Mellema.

Minke, Nyai Ontosoroh, dan tokoh protagonis dalam buku ini berusaha untuk melawan kekuasaan kolonial ini tapi semua upaya tidak mempan. Perusahaan Nyai Ontosoroh diambil karena hukum belanda pada masa tersebut. Dimana Nyai Ontosoroh secara hukum tidak punya warisan dan hak terhadap perusahaan yang dirintisnya dari awal tersebut. Anak Nyai Ontosoroh, Robert Mellema dan Annelies Mellema secara hukum juga bukan anak Nyai Ontosoroh melainkan anak dari Herman Mellema. Kenyataan pahit ini diperparah dengan keputusan bahwa anak bungsu Nyai yaitu Annelies Mellema harus pergi ke Belanda untuk diasuh oleh keluarga Mellema yang ada disana. Annelies kemudian harus pergi sendiri ke Belanda tanpa ditemani Ibu dan Suaminya.

Pembaca buku Bumi Manusia tentu akan kehilangan berlian dari Buku ini jika hanya berfokus pada kisah percintaan antara Minke dan Annelies. Lebih dari itu buku ini mengandung banyak kenyataan pahit dan kelam dari kondisi sosial-politik Indonesia pada masa Kolonialisme. Ketidakberdayaan, Diskriminasi, dan Hukum yang tidak adil terutama kepada Pribumi menyayat hati pembaca. Kebodohan dan ketidakberdayaan pribumi juga ditampilkan Pram. Contoh kisah Nyai Ontosoroh yang merupakan hasil dari ketidakberdayaan pribumi terutama perempuan, dimana ia sendiri "dijual" sebagai Gundik oleh ayahnya sendiri demi kepentingan pribadi. Gundik sendiri berarti selir atau istri tak sah dari seorang Belanda, biasanya Gundik merupakan perempuan pribumi. Istilah ini sudah jarang terdengar pada masa sekarang karena memang prakteknya sudah tidak tampak.

Kisah Minke juga merupakan gambaran dari diskriminasi dan rasisme terhadap pribumi. Nama Minke sendiri diberikan oleh guru sekolahnya. Minke berasal dari kata monkey yang tidak sempurna. Minke juga diperlakukan tidak baik oleh temannya sendiri seperti Robert Suurhof yang merupakan Totok atau keturunan asli Belanda. Minke juga menerima diskriminasi dari guru sekolahannya yang menganggap pribumi tak cakap dan tidak sepandai orang Belanda. 

Kisah Nyai Ontosoroh jauh lebih menyedihkan dari Minke. Dijual sebagai Gundik oleh ayahnya sendiri, Nyai Ontosoroh sudah menyedihkan dari kecil. Namun, Nyai Ontosoroh beruntung mendapat suami belanda yang baik. Nyai tumbuh bersama suaminya menjadi wanita pribumi yang luar biasa. Disentuh oleh pendidikan bahasa belanda dan diajarkan baca tulis, Nyai memiliki dunia di tangannya. Tapi kenyataan bahwa Nyai hanya pribumi dan bukan merupakan istri sah Herman Mellema, membuat ia tidak berdaya dihadapan hukum belanda yang diskriminatif terhadap pribumi. Diskriminasi terhadap pribumi ini membuat orang tidak berdaya, apapun usaha yang dilakukan akan kalah dengan hukum kolonial. Padahal kita ada di tanah kita sendiri, bumi Nusantara. Namun, dihadapan penjajah kita hanya sebatas "pribumi" yang jauh inferior dibanding mereka.

Dibalik cerita dan juga pelajaran yang baik. Novel ini memuat banyak bahasa yang asing di dengar. Banyak kata istilah jaman kolonial yang sudah jarang di gunakan pada masa sekarang. Secara keseluruhan novel Bumi Manusia ini sangat menarik untuk dibaca. Dengan banyaknya dialog yang disuguhkan Pram. Juga, tokoh-tokoh yang unik yang mengikat, dipoles dengan begitu baik oleh Pram.

Kesimpulan Buku Bumi Manusia sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh siapa saja. Agar kita bisa belajar mengenai sejarah dari Bangsa ini lewat cerita yang dipoles oleh Pramoedya Ananta Toer.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun