Mohon tunggu...
Permana Santana
Permana Santana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

We born alone, live alone and die alone..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terjerat Bidadari Alay (Love Never Fails)

16 Oktober 2014   19:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:46 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_366876" align="aligncenter" width="401" caption=""][/caption]

Hari-hari tanpa kopi, rokok dan musik queen bagaikan berada di neraka jahanam. Mereka telah tertanam, bagai darah yang mengalir dan detak jantung yang bergema dalam tubuh. Semua waktu dan hidup, kuhabiskan untuk menikmati estetika mereka.

Seperti yang telah aku yakini bahwa hidup ini tak serumit secangkir kopi, sebatang rokok dan satu bait penuh sajian musik queen yang membuat ku tenang dan damai mengarungi lautan dunia.Maka jika perjalanan hidup ini terhambat, aku tidak akan memprotes apapun kepada Tuhan. Karena aku sendiri yang mendoktrin mereka kedalam otakku.

Bagiku, hidup ini akan sangat menyulitkan jika hidup tanpa mereka. Sejauh saat itu, mereka merupakan sahabat, cita dan cinta dalam hidupku. Aku tidak membutuhkan sahabat, karena kopi selalu menemaniku. Aku tidak menginginkan cita karena rokok sudah memelukku dengan erat. Aku tak lagi ambisius mengejar cinta, bagiku musik queen sudah melebihi makna cinta.

Aku tidak mengharapkan kehadiran sesuatu yang dapat menggeser dan menyingkirkan mereka dari kehidupanku. Dan “hampir tidak mungkin” ketiga nyawa tersebut disingkirkan.

Sebenarnya aku sudah mewanti diri dengan kemungkinan munculnya fenomena yang akan menyingkirkan mereka. Aku selalu meminimalisir kemungkinan infeksi dan efek dari fenomena ini. Hampir 6 bulan ini aku bertahan agar hati tidak tercuci oleh fenomena ini. Sejauh saat itu, usaha ku tentu saja berhasil, tapi….

Fenomena Temptation of Love, begitulah aku menyebutnya. Sebagai orang yang sudah tidak awam lagi mengenai fenomena tersebut, aku memahami bahwa Temptation of Love hanya akan menimbulkan beberapa long-term effect. Dan lebih parahnya lagi, mungkin hidupku akan menjadi lebih rumit.

Temptation of Love bisa menimbulkan addicted seperti halnya rokok, kopi dan queen. Tapi yang menjadi pembeda adalah dampak esensial.

Rokok, kopi dan queen berdampak kedamaian sedangkan Temptation of Love berdampak kegalauan jika tidak bisa dikendalikan secara bijak.

Usia 23 bukanlah usia yang tepat untuk terjangkit Temptation of Love. Pengalaman akan hal tersebut sudah terjadi beberapa kali dalam hidupku. Aku menginginkan Temptation of Love yang bukan temporary semata, karena rambutku sudah mulai beruban. Sudah cukup rasanya menikmati Temptation of Love versi ABG.

“Apa yang kita harapkan terkadang selalu kontradiktif dengan kenyataan yang ada”.

Apa anda sering mengalami hal seperti kutipan diatas? Aku pikir pasti semua manusia pernah mengalaminya.

Itulah yang akhir-akhir ini terjadi.

Aku sudah berusaha semampu hati dan logika untuk bersembunyi demi menghindari Temptation of love, tapi lagi-lagi arusnya sungguh tak bisa ku bendung.

Beberapa minggu ke belakang ini aku mengalami Temptation of Love terhadap Bidadari yang bernama Fita, bidadari satu kampus yang aku approach via medsos. Aku menyebutnya bidadari alay, kenapa? Dia adalah wanita narsis-unfotogenic yang inkonsisten menurut perspektif subjektif-ku (Aku mengintip beberapa foto yang ter-upload di facebooknya. Dan menurutku, fotonya terkadang cantik, setengah cantik, bahkan kadang terlihat absurd (antara wanita atau bukan)).

Aku tak mempunyai sedikitpun alasan logis untuk tertarik padanya. Aku hanya mengikuti insting dan naluri seorang pria, naluri yang tak henti memikirkannya.

Aku tahu ini sebuah hal konyol. Tapi aku tak terlalu ambil pusing. Aku hanya mengikuti kemana hati dan naluri ini melangkah. Dan nampaknya, sang bidadari pun tertarik akan pribadi dan tampangku yang keren (asumsi subjektif).

Aku berharap dalam proses approachment ini semuanya berjalan lancar dan direstui sang pemilik alam. Walaupun aku sadar bahwa sikon-ku sungguhlah tak layak untuk bidadari tersebut.

Banyak kesenjangan sosial yang membentang diantara kita berdua. Dimulai dari umur yang sebaya, status ekonomi dan status pekerjaan (aku masih tercatat sebagai mahasiswa di sebuah universitas di Jakarta, tetapi dia sudah memiliki pekerjaan; padahal kita satu angkatan).

Ya, mungkin akan ku kesampingkan sejenak perihal negatif tersebut, karena aku yakin bahwa feodalisme tak berlaku untuk cinta.

LOVE NEVER FAILS AGAINST ANYTHING.

Ciputat, 13 Juni 2012

Dibuat di Kosan Pak Sumadi, pukul 03.10 WIB.

Untukku yang jarang bersua pagi

Ilham Permana Santana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun