Pagi itu cukup cerah. Ketika Si Kabayan selesai mandi jam 08.00, matahari bersinar tanpa terhalang awan setitik pun. Sinarnya hangat. Sehangat koyo.
Si Kabayan keluar rumah sambil bersiul. Lagunya, "Di Radio", lagu lama Gmbloh. Ia mengenakan celana panjang hitam komprang, kaos putih dan kepala ditutup ikat kepala khas Sunda; iket. Ia akan berjemur di halaman rumahnya.
"Beeeb, akang bikinin kopi ya. Kopi hitam dengan gula merah asli. Ditunggu di halaman ya, Beeeb!" katanya kepada bebebnya, Nyi Iteung yang sedang berada di dapur.
Bebeb Iteung mendengar dari dapur. Sebagai istri yang patuh dan setia, segera ia menyeduh kopi. Tak lama berselang, ia bahkan sudah berjalan ke arah Kabayan dengan membawa secangkir kopi.
Kabayan senang. "Makasih, Beb," candanya seraya menerima secangkir kopi hangat dari istrinya.
"Bebeb, bebeb, kayak ABG pacaran saja akang mah," tukas Iteung. Tapi dia tampak senang juga.
"His, kita jangan kalah sama ABG atuh, Beb. Memanggil nyai mah sudah bukan jamannya," katanya.
"Ya, bagaimana akang saja lah. Terserah. Asal jangan panggil Iteung neneng saja."
"Kan neneng juga bagus atuh, Beb?"
"Ngak mau. Iteung takut kayak Si Memey. Janda itu. Gara-gara dipanggil neneng sama suamianya, dia jadi senang selingkuh."
Kabayan tertawa senang. "Hus, jangan kalau seperti dia mah," katanya. Kabayan juga tahu Memey. Senang selingkuh. Gara-gara suka selingkuh, dia sudah janda dua kali. Padahal masih muda.
Bebeb Iteung tampak berfikir . Ya, ia dari tadi  mau mengatakan sesuatu kepada suaminya. Tapi apa, ya? Untungnya ia segera ingat.
"Akang, jangan lupa nanti siang ke Desa. Akang harus divaksin. Iteung mah kan sudah, Â dua hari lalu." Begitu katanya, setelah ingat apa yang akan dikatakannya.
"Divaksin? Ah akang mah tidak akan divaksin, Beb. Akang mah kebal dari virus!"
"Harus, akang!"
"Tidak!"
"Wajib, akang!"
"Tidak!"
"Ya, sudah kalau akang tidak mau. Tidak apa-apa. Tapi jangan protes ya kalau nanti akang tidak bisa tidur sama Iteung, apalagi menjalankan sunah Nabi tiap malam Jumat."
"Haar, apa hubungannya ari Bebeb?"
"Ari Akang, kan nanti ada aturan dari pemerintah, suami istri boleh campur, kalau keduanya sudah divaksin. Sekarang kan sudah dimulai di emol (mall). Yang boleh ke emol, hanya yang sudah punya surat sudah divaksin!"
Kabayan kaget. "Oh begitu, Beb? Kalau begitu, akang mau ke Desa, sekarang," kata Kabayan.
Benar. Saat itu juga Kabayan bergegas ke Desa. Bahaya, pikirnya, kalau tidak bisa campur sama istri mah. Ia lupa kopinya.
Bebeb Iteung tersenyum. Kena juga si borokokok, pikirnya. Padahal ia tentu saja berbohong, sebab sampai kapanpun tidak akan ada aturan suami istri boleh campur dengan syarat keduanya sudah divaksin. Ribut negara kalau ada aturan seperti itu mah. Ia bilang begitu agar Kabayan mau divaksin.
"Beeeeb, siap-siap ya, nanti malam Jumat," teriak Si Kabayan, ketika menutup pintu pagar halaman rumahnya.
"Iyaa, Beebbb!" jawab Iteung. Senang. ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI