Penulis, ketika masih muda, pernah percaya pada omongan sahabat. Sahabat itu mengatakan, tidur setelah sahur akan membuat kita kuat menjalankan puasa. Stamina terjaga.
Makanya, habis sahur, baiknya kita tidur saja. Kalau tidak ada yang dikerjakan, tidurlah hingga menjelang sembahyang duhur. Begitu saran sahabat tadi.
Saran sahabat itu, pernah penulis laksanakan selama beberapa hari puasa. Usai sahur dan solat Subuh, penulis tidur, bisa di rumah, bisa juga di musala di sekitar tempat tinggal. Biasanya rame-rame, termasuk dengan sejumlah orang tua yang menunggu berangkat kerja.
Efeknya?
Ternyata apa disampaikan sahabat bertolak belakang dengan kenyataan. Karena tidur, tubuh jadi loyo.
Alih-alih stamina kuat, setelah bangun tidur tubuh malah lemas. Tak ada gairah. Perut keroncongan. Padahal, makan sahur cukup banyak. Haus? Â Ya, jangan ditanya.
Namun demikian, karena tidak ada masukan lain, kebiasaan sehabis sahur tidur, tetap dilakukan selama beberapa hari.
Suatu hari, ketika ikut tarawih di Mesjid Besar di desa penulis, Mama Ajengan yang bertanggungjawab di masjid, menyampaikan tips agar puasa tidak lemas atau stamina terjaga.
Salahsatu tips yang disampaikan Mama Ajengan dalam "tausiahnya" sebelum dimulai solat Tarawih itu adalah, jangan tidur setelah Sahur. Tidur setelah sahur, akan membuat tubuh lemas dan tidak sehat. Yang bagus menurut Mama Ajengan, habis sahur melakukan olahraga kecil. Jalan-jalan atau aktifitas lainnya.
Saran, himbauan atau tips tersebut, keesokan harinya penulis laksanakan, walau ragu-ragu karena bertolak belakang dengan himbauan teman di atas.
Hasilnya ternyata di luar dugaan. Apa yang disampaikan Mama Ajengan itu benar. Setelah tipsnya dilaksanakan, tubuh rasanya fit, bugar. Perasaan yang muncul setelah bangun tidur sehabis sahur seperti kadang mual kembung dan mulas, sirna sudah. Tubuh juga tidak lemas.
