Mohon tunggu...
Aam Permana S
Aam Permana S Mohon Tunggu... Freelancer - ihtiar tetap eksis

Mengalir, semuanya mengalir saja; patanjala

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tulisan Indie Weerbaar Pemicu Belanda Bangun Benteng di Sumedang

17 September 2018   16:08 Diperbarui: 17 September 2018   16:19 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salahsatu benteng/dok penulis

Dalam tulisan terdahulu. "Empat Benteng Ini Sengaja Dibangun Belanda di Sumedang", disebutkan bahwa Belanda membangun  empat benteng pertahanan di Sumedang. Empat benteng dimaksud adalah Benteng Gunung Kunci, Palasari, Gunung Gadung, dan Benteng Batre yang baru diketemukan tahun ini.

Sebelumnya Belanda pun membangun sebuah tangsi di pinggir jalan Pos Anyer Panarukan di sekitar pusat kota Tangsi tersebut belakangan dijadikan Markas Kodim 0610, hingga saat ini. Khusus Benteng Gunung Palasari dan Gunung Kunci, relatif dekat dengan tangsi ini.

Keempat benteng tersebut, dibangun Belanda pada kisaran tahun 1917-1920, saat Sumedang dipimpin Pangeran Aria Suria Atmadja, pemimpin bijaksana dan sangat memperhatikan kesejahteraan dan kemajuan rakyatnya.

Lalu, mengapa Belanda membangun benteng pertahanan di sekitar pusat Kota Sumedang? Apakah ada kaitannya dengan Pangeran Aria Suria Atmadja yang merupakan Bupati terakhir trah Pangeran Sumedang karena tidak memiliki putra laki-laki?

Jawabannya, kalau dilihat sepintas memang kurang masuk akal.  Betapa tidak. Pangeran Aria Suria Atmadja ditetapkan jadi penguasa Sumedang oleh Belanda. Dengan demikian,  secara logika, sepatutnya Pangeran Aria patuh dan tunduk kepada kolonial, apapun yang terjadi. Namun Pangeran Panungtung ini ternyata tidak selalu manut kepada kolonial.

Sebagaimana ditulis Lasmiyati, dalam "Ditioeng Memeh Hoedjan, Pemikiran Panggeran Aria Suria Atmadja dalam Memajukan Pemuda Pribumi di Sumedang (1800-1921) yang dimuat di Patanjala Vol 6 No 2 Juni 2014, selama memimpin Sumedang, Pangeran ini  bukan hanya memerhatikan masalah kesejahteraan masyarakat semata. Ia juga mencoba memajukan pemudanya untuk dapat berlatih militer dan mengangkat senjata, agar suatu saat nanti bisa merebut kemerdekaan dari penjajah.

Keinginannya tersebut ia tuangkan dalam tulisan berjudul Indie Weerbaar (Ketahanan Hindia) dan disampaikan kepada pemerintah kolonial. Menurut Lasmiyati,  bagi Pangeran Aria Soeria Atmadja, keinginan tadi tidak bisa dilepaskan dari pandangannya soal pemuda yang suatu saat nanti harus merebut kemerdekaan.

Akan tetapi, langkah Pangeran Sumedang tersebut bisa dibaca Belanda. Dengan begitu, praktis, usulan Pangeran tidak disetujui. Alih-alih disetujui,  Belanda  mencurigai Pangeran Aria Suria Atmadja. Belanda khawatir, jika usulan tersebut disetujui, pemuda pribumi malah akan berontak, sehingga terjadilah apa yang disebut senjata makan tuan.

Barangkali karena itulah, Belanda membangun benteng pertahanan sekaligus untuk mengawasi gerak-gerik pemuda Sumedang dan petugas keamanan keraton. Di atas benteng yang dibuatnya, terutama Benteng Gunung Kunci dan Gunung Palasari, Belanda bisa dengan tiba-tiba melontarkan mesiu dari meriam, ke arah keraton Sumedang.

Namun penulis belum menemukan catatan sejarah, apakah meriam yang diarahkan ke Keraton Sumedang itu pernah ditembakkan atau tidak. Sejauh ini, yang terbaca penulis, pertempuran antara Belanda dan tentara pribumi kala itu, terjadi di pinggiran kota, atau jauh dari pusat Kota Sumedang.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun