Mohon tunggu...
Aam Permana S
Aam Permana S Mohon Tunggu... Freelancer - ihtiar tetap eksis

Mengalir, semuanya mengalir saja; patanjala

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Yang Mulia Anggota Dewan, Kurang Apa Lagi?

30 Agustus 2018   07:42 Diperbarui: 30 Agustus 2018   13:07 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena alasan itulah, penulis sebagai bagian dari jutaan warga Indonesia,  kurang menaruh hormat kepada Yang Mulia anggota Dewan, setidaknya kepada anggota Dewan periode 2014-2019 ini. Sementara untuk periode mendatang saya belum tahu. Namun kalau figur yang masuk ke senayan periode mendatang kebanyakan orang yang sama, boleh jadi perasaan saya akan tetap sama pula.

***

Penulis tidak tahu masukan apa yang perlu disampaikan untuk kebaikan Dewan yang  Terhormat. Penyebabnya, penulis tidak lebih pintar dari anggota Dewan. Penulis hanya orang desa. Kuliah S.1 juga tidak tamat karena ketika muda sibuk bekerja sebagai wartawan di sebuah harian di Jawa Barat.

Penulis yakin, anggota Dewan yang Terhormat sebenarnya paham benar dengan fungsi dan kewajibannya.  

Sebagai orang  yang umumnya berpendidikan tinggi dan beragama,  Dewan pasti tahu tindakan apa yang masuk katagori "benar" dan "salah" dalam hal  mencari uang "lebih" dari jabatannya.  Kecuali, ketika sudah duduk di kursi Dewan, mata batinnya tertutup dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan yang salah dalam bertindak,  sehingga memainkan anggaran, dan "main-mata" dengan yang punya proyek  misalnya, sudah dianggap hal biasa.

Penulis yakin,  Dewan Yang Terhormat  tahu bahwa tugasnya bukan hanya untuk "cuap-cuap"  tak karuan,  misalnya untuk menyindir KPK yang berhasil menangkap rekan sejawat yang diindikasikan korupsi, atau  silang paham dengan sesama anggota Dewan dengan pokok soal yang sebenarnya tidak menyentuh kepentingan rakyat.  

Kecuali  mereka tiba-tiba diserang penyakit lupa berat, imsomnia, sehingga lupa samasekali akan tugas dan kewajiban pokoknya, seperti  menuntaskan RUU atau melakukan pengawasan atau kontrol terhadap kinerja Pemerintah -- sekalipun yang jadi pucuk pemerintahan merupakan "gang" mereka.

Penulis juga yakin bahwa Dewan Yang terhormat tahu persis tentang indahnya hidup bersahaja dan sederhana dalam balutan iman.  Kecuali, napsu untuk ria dan sombongnya sudah demikian gagahnya menutup hasrat bersahaja dan sederhana, serta keimanannya.  Sehingga mereka tidak puas dengan pendapatannya selama ini yang sebenarnya sudah ada di atas rata-rata. Sehingga, sekalipun Dewan yang muslim nyaris setiap tahun melaksanakan ibadah haji dan umroh, tetapi hatinya tetap berdebu!

Yang penting sekarang barangkali: niat dan keinginan untuk bertindak benar!***

Sumber Rujukan: 1 2 3 4  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun