Karena alasan itulah, penulis sebagai bagian dari jutaan warga Indonesia, Â kurang menaruh hormat kepada Yang Mulia anggota Dewan, setidaknya kepada anggota Dewan periode 2014-2019 ini. Sementara untuk periode mendatang saya belum tahu. Namun kalau figur yang masuk ke senayan periode mendatang kebanyakan orang yang sama, boleh jadi perasaan saya akan tetap sama pula.
***
Penulis tidak tahu masukan apa yang perlu disampaikan untuk kebaikan Dewan yang  Terhormat. Penyebabnya, penulis tidak lebih pintar dari anggota Dewan. Penulis hanya orang desa. Kuliah S.1 juga tidak tamat karena ketika muda sibuk bekerja sebagai wartawan di sebuah harian di Jawa Barat.
Penulis yakin, anggota Dewan yang Terhormat sebenarnya paham benar dengan fungsi dan kewajibannya. Â
Sebagai orang  yang umumnya berpendidikan tinggi dan beragama,  Dewan pasti tahu tindakan apa yang masuk katagori "benar" dan "salah" dalam hal  mencari uang "lebih" dari jabatannya.  Kecuali, ketika sudah duduk di kursi Dewan, mata batinnya tertutup dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan yang salah dalam bertindak,  sehingga memainkan anggaran, dan "main-mata" dengan yang punya proyek  misalnya, sudah dianggap hal biasa.
Penulis yakin,  Dewan Yang Terhormat  tahu bahwa tugasnya bukan hanya untuk "cuap-cuap"  tak karuan,  misalnya untuk menyindir KPK yang berhasil menangkap rekan sejawat yang diindikasikan korupsi, atau  silang paham dengan sesama anggota Dewan dengan pokok soal yang sebenarnya tidak menyentuh kepentingan rakyat. Â
Kecuali  mereka tiba-tiba diserang penyakit lupa berat, imsomnia, sehingga lupa samasekali akan tugas dan kewajiban pokoknya, seperti  menuntaskan RUU atau melakukan pengawasan atau kontrol terhadap kinerja Pemerintah -- sekalipun yang jadi pucuk pemerintahan merupakan "gang" mereka.
Penulis juga yakin bahwa Dewan Yang terhormat tahu persis tentang indahnya hidup bersahaja dan sederhana dalam balutan iman. Â Kecuali, napsu untuk ria dan sombongnya sudah demikian gagahnya menutup hasrat bersahaja dan sederhana, serta keimanannya. Â Sehingga mereka tidak puas dengan pendapatannya selama ini yang sebenarnya sudah ada di atas rata-rata. Sehingga, sekalipun Dewan yang muslim nyaris setiap tahun melaksanakan ibadah haji dan umroh, tetapi hatinya tetap berdebu!
Yang penting sekarang barangkali: niat dan keinginan untuk bertindak benar!***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H