Mohon tunggu...
Aam Permana S
Aam Permana S Mohon Tunggu... Freelancer - ihtiar tetap eksis

Mengalir, semuanya mengalir saja; patanjala

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Miris, Siswa SD Ini Harus Belajar di Lantai

28 Agustus 2018   18:41 Diperbarui: 28 Agustus 2018   18:56 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar di lantai/dok penulis

Siswa Sekolah Dasar Negeri 4 Desa Tamansari Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, harus melaksanakan kegiatan belajar mengajar di lantai sekolah. Penyebabnya, karena bangku dan meja yang ada di sekolahnya rusak dan tak bisa digunakan.

Selain belajar di lantai, siswa kelas tiga dan enam terpaksa harus belajar berhimpitan karena disatukan dalam satu ruangan. Ini terjadi, karena beberapa ruangan di sekolah ini sudah tidak bisa digunakan lagi.

Yang membuat miris dan prihatin, siswa belajar di lantai dan berhimpitan tersebut, sudah berlangsung hampir sepuluh tahun lamanya.

"Memang begitu kenyataannya," kata Uday, Kepala SDN 4 Desa Tamansari.

Selama bertahun-tahun lamanya, demikian Uday bercerita, pihak sekolah sebenarnya tidak tinggal diam. Mereka ke sana kemari untuk mencari bantuan rehab sekolah, termasuk ke Dinas Pendidikan dan Pemkab Karawang.

Akan tetapi, bantuan yang diharapkan tersebut tidak pernah datang. Satu pun, pihak terkait di Karawang tidak ada yang merespon kemudian merehab sekolahnya.

Akibatnya, kondisi sekolahnya semakin parah. Tembok belah-belah, atap lapuk, fasilitas lain seperti bangku dan kursi pun rusak hingga banyak yang tidak bisa digunakan lagi.

"Untungnya anak-anak masih mau belajar sekalipun di lantai dan harus berhimpitan," ujar Uday. Sementara siswa di sekolahnya, saat ini kurang dari seratua orang. 

Namun demikian Uday mengaku, sejumlah siswanya belakangan banyak yang mengeluh karena belajar di lantai sangat tidak nyaman. Apalagi jika mereka harus menulis. 

Selain itu, mereka juga dihantui rasa khawatir bangunan tempat mereka belajar tiba-tiba ambruk karena bangunan yang ada sekarang, sudah banyak yang lapuk. "Iya, saya takut bangunan tiba-tiba ambruk," kata Nining, seorang siswa, membenarkan ucapan kepala sekolahnya.

Uday berharap, pihak terkait termasuk yang ada di pemerintah pusat, memperhatikan nasib sekolahnya. Ia tidak tahu jika sekolahnya dibiarkan lama-lama tidak tersentuh rehab apapun dari pihak terkait. 

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun