Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tahun Yubileum 2025 : Rerum Novarum 'Menyuarakan' Keadilan dan Kasih

23 Januari 2025   16:10 Diperbarui: 23 Januari 2025   16:13 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam bagian lain Ensiklik Rerum Novarum, Paus Leo XIII juga mengingatkan bahwa adanya kelas-kelas sosial itu adalah keniscayaan dan, walaupun ditentang dengan gigih oleh kaum sosialis, ini adalah kenyataan yang harus diterima masyarakat. Bapa Suci menegaskan, "Siapapun yang berlagak mampu membebaskan rakyat pada umumnya dari segala duka-derita, dan membawa damai serta hidup penuh kenikmatan yang tak pernah berakhir, berbohong besar-besaran." Juga merupakan kekeliruan besar, jauh dari kebenaran, dan di luar akal sehat, tindakan menghadap-hadapkan kelas yang satu dalam situasi permusuhan dengan kelas yang lain, padahal sebenarnya semuanya saling membutuhkan.

Selanjutnya, Paus Leo menekankan hal penting yaitu Keadilan. Harus ada keadilan yang dirasakan kedua belah pihak, terutama bagi mereka yang berada di pihak yang lebih lemah. Paus menulis, "Akan tetapi di antara kewajiban-kewajiban utama majikan yang terpenting adalah memberi kepada semua dan setiap orang apa  yang adil.  Tentu saja ada banyak hal yang perlu diindahkan, bila dipertimbangkan norma upah yang adil. Tetapi jangan sampai para pemilik upaya-upaya produksi yang kaya dan kaum majikan melupakan, bahwa hukum ilahi maupun manusiawi melarang mereka memeras kaum miskin yang menderita demi keuntungan atau untuk beroleh laba dari sesama yang tak berdaya." Kalimat demi kalimat ini mengajak agar setiap orang yang berhak menentukan dan memberi upah bagi orang lain agar sungguh-sungguh memikirkan dan mempertimbangkan, bukan hanya hal-hal 'minimal', sementara mereka bisa menikmati hal-hal 'maksimal' yang mampu memenuhi hasrat hati dan kemauan diri, di manapun dan kapanpun, seketika itu juga. Sekiranya mereka mampu menikmati begitu banyak privilege, bagilah sebagian privilege itu kepada orang-orang yang telah membantu dan bekerjasama dengan mereka, walaupun pasti bukan dalam pembagian yang mesti setara.

Dalam Perayaan Yubileum 2025 ini selama satu tahun Bunda Gereja Kudus melambungkan Madah, "Tiap bahasa kaum dan bangsa, dalam Sabda temukan cahaya, Anak-anak yang tercerai berai, dirangkul PutraMu Terkasih." Harapan inilah pula yang 'dilambungkan' Paus Leo XIII lebih dari seratus tahun yang lalu agar setiap orang, dalam kelas sosial apapun, mampu menemukan cahaya dalam Sang Firman, cahaya yang menyejukkan, cahaya yang muncul dari kepedulian dan kasih Kristiani yang sungguh diwujudnyatakan dalam tindakan. Ya, dalam bagian selanjutnya, Paus Leo menegaskan bahwa Umat kristiani tidak boleh berhenti pada hanya upaya mencari keadilan namun beranjak menuju Kasih sembari mengingat, bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia jasmani ini memudar dalam misteri, yang tidak terduga oleh akalbudi manusiawi.

Ada begitu banyak peristiwa yang menyedihkan tentang kemiskinan, persaingan yang tidak sehat, pemutusan hubungan kerja, bahkan dengan semena-mena, kesulitan mendapatkan pekerjaan, ketidakadilan dalam dunia kerja, keputusasaan sampai kehilangan harapan, hingga pengakhiran hidup secara tidak pantas dan miris, baik oleh orang lain maupun oleh diri sendiri dan bahkan oleh kepala keluarga atas anggota keluarganya, dengan alasan-alasan yang tidak jarang, masalah ekonomi. Semoga fakta-fakta semacam ini sudah, sedang, dan akan mampu menggugah sanubari sekian banyak orang, terutama Para Peziarah Harapan yang 'lebih beruntung', untuk, sekali lagi, 'melongok' kepada Ajaran Sosial Gereja antara lain yang diajarkan oleh Paus Leo XIII ini bahwa walaupun tetap dan harus ada tanggung jawab pribadi-pribadi terhadap kehidupan diri dan keluarganya, namun, salah satu jalan kekudusan bagi semua orang adalah, "Bukalah mulutmu, ambillah keputusan secara adil dan berikanlah kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka" (Ams 31:9). Dan pada akhir zaman, salah satu ujian kekudusan adalah, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Mat 25:40).

Semoga semua saja yang dalam tahun ini menjadi Peziarah Harapan, bukan terutama memikirkan tempat-tempat ziarah bagi diri sendiri, bahkan yang terjauh, namun juga peduli kepada mereka yang bahkan hanya bisa 'merangkak' dalam peziarahan hidup sehari-hari, sehingga semua Peziarah Harapan sungguh-sungguh secara bersama-sama mampu menemukan Kristus, Sang Harapan Sejati, Sang Tujuan Peziarahan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun