Nyanyian Pujian Zakharia, Guru," jawabku kepadaNya, "sebuah kidung yang menurutku menggambarkan rasa syukurnya setelah terlepas dari 'hukuman' bisu karena keraguannya terhadap Firman Allah melalui Malaikat Gabriel sekitar sembilan bulan yang lalu. Akupun teringat akan tawa keraguan Ibu Sarah, Istri Bapa Abraham, di saat Malaikat Tuhan menyatakan bahwa dia akan mengandung." Kulihat Guru mengangguk-anggukkan kepalaNya seraya berujar lagi, "Jawabanmu itu ada benarnya, Nak, namun ada makna yang lebih dalam, yang terselip di antara untaian kata pada kidung itu."
"Apa yang sedang kaurefleksikan, Nak ?" tiba-tiba Guru menghampiriku. "Dengan mata penuh tanya, aku memandang Guru Maha Agung yang melanjutkan tuturanNya, "Kau simakkah frasa pertama dalam kidung itu ?" "Ya, Guru," aku segera menyambut, "Zakharia memulai kidungnya dengan 'Terpujilah Tuhan, Allah Israel,' (Luk 1:68). Jadi benar kataku kan, Guru, Zakharia menyatakan rasa syukurnya." "Ya, Nak, namun itu menggambarkan rasa syukur yang jauh lebih dalam. Zakharia menyatakan bahwa sesungguhnya di sepanjang sejarah kehidupan, sejak masuknya dosa ke dalam dunia, seluruh alam semesta diliputi kegelapan, sebagian manusia menjadi musuh bagi, bukan hanya sesamanya, tetapi juga bagi alam ciptaan, sebagian manusia membenci, bukan hanya sesamanya, melainkan juga alam semesta, dan sekian banyak manusia hanya berkutat dengan dirinya sendiri dalam segala dimensinya, mengabaikan, melupakan, bahkan mengeksploitasi orang-orang lain dan alam yang juga berhak atas kehidupan yang sungguh amat baik, seperti yang pada awal mula diciptakan Bapa Surgawi !"
Guru melanjutkan, "Dan Zakharia, yang penuh dengan Roh Kudus itu sesungguhnya sedang menyanyikan Lagu Advennya dengan menyatakan bahwa Allah melawat umatNya dan membawa kelepasan ! Allah 'menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hambaNya itu, --seperti yang telah difirmankanNya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus---' (Luk 1:69-70). Dan kau tahu siapa tanduk keselamatan itu ?" "Tentu saja Engkau, Guru !" sahutku cepat. "Lagi-lagi jawabanmu tepat, Nak ! Untuk itulah Aku datang, untuk menggenapi 'sumpah yang diucapkanNya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepadaNya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapanNya seumur hidup kita' (Luk 1:72-75), karena 'Akulah Terang Dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup' (Yoh 8:12)."
"Dan Yohanes, Putra Zakharia, yang adalah Nabi Allah Yang Mahatinggi, sesungguhnya adalah juga BentaraMu, dia yang berjalan mendahului Engkau untuk mempersiapkan jalan bagiMu. Dan dia pula yang akan memberikan kepada umatMu pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah, di saat Engkau melawat kami, Engkau yang adalah Surya Pagi, Terang Dunia. Dan Terang Dunia yang adalah Engkau sendiri, Tuhan, dari tempat yang tinggi, akan menyinari kami yang sesungguhnya, entah kami sadari atau tidak, sedang berdiam dalam kegelapan dan dalam naungan maut, dan sejatinya Engkau pula yang akan mengarahkan kaki kami kepada jalan damai sejahtera. Bukankah begitu, Tuhan ?" Â
"Tepat sekali pemahamanmu, AnakKu, dan engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah, namun, masih 'di luar', ha ha ha. Dan seperti biasanya, ada satu pertanyaan besar buatmu." Jantungku berdegup kencang, "Apa itu, Tuhan ?" "Sanggupkah engkau, di sepanjang waktu, bukan hanya di masa-masa ini, menyanyikan Lagu Advenmu sendiri, yang juga melantunkan lawatan dan kelepasan Allah bagi umatNya dan bagi seluruh ciptaan, namun bukan hanya dengan mulut dan kedua belah bibirmu, melainkan terutama dengan uluran hati dan kedua tanganmu ..... ?"
SELAMAT MENYONGSONG NATAL TUHAN KITA YESUS KRISTUS .....Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H