Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pengalaman Imajiner dengan Yesus : Matius 1:18-24, "Bapa Yusuf adalah murid sekaligus guruKu !"

18 Desember 2024   08:54 Diperbarui: 18 Desember 2024   08:54 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yusuf dan Maria sedang dalam pertunangan 'kiddushin' ketika Yusuf menerima berita sungguh tidak mengenakkan, "Maria hamil !" Pada saat-saat ini, Yusuf sedang belajar untuk membuat keputusan yang tepat, pada saat dia mengalami krisis perkawinan yang sangat serius ! Sangat boleh jika Yusuf 'merelakan' Maria dirajam dengan batu sesuai Hukum Taurat. Namun, kasih yang tulus dari hatinya yang amat murni tidak akan membiarkan Maria yang dicintai dan dihormatinya dengan tulus hati itu mengalami hal-hal buruk. Di ujung kebimbangannya, Yusuf mengambil keputusan penuh kebijaksanaan, "Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam" (Mat 1:19).

Setelah beberapa saat bergumul dengan rasa bimbang yang mendera, akhirnya Yusuf mampu membuat keputusan itu. Sangat mungkin keputusan yang telah mencuat dari hati dan pikiran tulusnya memberi kelegaan kepada Yusuf. Tinggal eksekusi keputusan, pikirnya. Maka tertidurlah Yusuf.  Syukurlah, akhirnya Yusuf bisa tertidur setelah mengalami masalah sedahsyat itu. Namun, sungguh tepatkah keputusan yang telah dirancangkan dan direncanakannya, walaupun semua itu keluar dari hati dan jiwanya yang jujur dan adil ? "Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari rancanganmu" (Yes 55:8-9). Selanjutnya aku menyimak, ternyata rencana dan rancangan Tuhan jauh lebih tepat, bahkan tepat sempurna.

Di saat Yusuf tidur, di saat tubuhnya beristirahat dan mengupayakan pemulihan dari semua yang dialaminya dalam saat-saat yang berlalu, fisik dan mental, di saat itulah Tuhan datang kepadanya dalam diri malaikat. Malaikat itu datang di saat keheningan menyelimuti hatinya yang bening, di saat Yusuf terasing dari hiruk pikuk dunia, di saat jiwanya seakan terbebas dari berbagai beban yang menghimpitnya. Tuhan memilih waktu terbaik untuk menghampiri Yusuf,  "Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: 'Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, ...'" (Mat 1:20).

Mengapa Yusuf tidak perlu bimbang dan takut lagi ? Karena sesungguhnya Yusuf mendapat rahmat yang luar biasa, dan seharusnya ia berbahagia karena terpilih !  "... sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka" (Mat 1:20-21). Malaikat Tuhan menyakinkan Yusuf bahwa kehamilan Maria bukan berasal dari konsepsi atau pembuahan alami manusiawi, melainkan karya maha ajaib Roh Kudus. Dan karya maha besar ini telah dinyatakan Allah sejak awal mula kepada ular yang menjerumuskan manusia pertama ke dalam dosa.

Dan Yusuf sungguh terpilih untuk ikut berperan dalam Rencana Ilahi itu, kehadiran dan keberadaan Imanuel, dari Roh Kudus, melalui seorang perawan kudus, yang akan berlindung secara manusiawi kepadanya. Mungkin pada saat itu Yusuf belum mengerti sepenuhnya tentang semua itu, namun, pemuda dikaios itu menerima semuanya, sembari mengubur semua bayangan, impian, harapan, bahkan cita-citanya sendiri tentang keluarga yang akan dibangun bersama Maria dan keturunan mereka kelak, dan Yusuf memilih menerima dengan tulus hati keterpilihannya di hadapan Tuhan !

Aku memberanikan diri bertanya kepada Guru, "Menurutmu, Guru, siapakah Bapa Yusuf itu ?" Guru menyahut tegas, "Dia adalah muridKu sejak masa mudanya karena Bapa Yusuf senantiasa mengenal dan melaksanakan Firman, yang ada sejak awal mula 'bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah' (Yoh 1:1). Namun, dia sekaligus adalah guruKu di saat-saat Bapa Yusuf menjadi Bapa PengasuhKu di dunia ini, di saat Aku 'tetap hidup dalam asuhan mereka' (Luk 2:51)."

ITE AD IOSEPH ... !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun