Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret" (Luk. 1:26). Â Gabriel adalah salah satu dari tiga malaikat agung, bersama Mikael dan Rafael. Malaikat Gabriel menjalankan tugas sebagai utusan Tuhan kepada orang-orang tertentu. Nama Gabriel dikenal dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Gabriel adalah nama Ibrani yang umumnya diterjemahkan sebagai 'kekuatan Tuhan', atau lebih tepat, 'kekuatanku ada di dalam Tuhan', atau 'Tuhan adalah kekuatanku'. Nama dan terjemahan ini berkonotasi dengan 'abdi Allah'.
"Dalam bulan yang keenamFrase 'Allah menyuruh' memiliki makna sangat amat penting karena menunjukkan dengan sangat tegas bahwa Allahlah yang pertama-tama mengambil inisiatif, memulai suatu gerakan yang kemudian menjadi awal perjalanan besar, sejarah keselamatan umat manusia. Sekali lagi Allah mengambil inisiatif, seperti yang telah berulangkali dilakukanNya dalam perjalanan sejarah Bangsa Yahudi dalam Perjanjian Lama.
Gabriel disuruh ke mana ? Mengunjungi seorang perawan yang bernama Maria di Kota Nazaret. Maria adalah perawan yang telah menjalani tahap pertama pernikahan Adat Yahudi, 'kiddushin', dengan seorang pemuda bernama Yusuf, dari Keluarga Daud. Karena masih dalam tahap kiddushin, Maria masih tinggal di rumah orangtuanya, Bapa Yoakim dan Ibu Anna.
Malaikat Gabriel, atas suruhan Allah, memasuki rumah Maria dan berkata, "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau" (Luk. 1:28). Kata pertama yang disampaikan Gabriel kepada Maria adalah 'Salam'. Kata Salam, Bahasa Indonesia, atau Ave, Bahasa Latin, merupakan terjemahan dari kata Yunani 'Kaire', dan terjemahan itu tidak mampu mengungkapkan seluruh kekayaan yang terkandung dalam ungkapan Gabriel kepada Maria. Kata Kaire lebih mengandung makna yang dalam, "Bersukacitalah !" Kata Gabriel kepada Maria, "Kaire, kecharitomene.", "Bersukacitalah, hai wanita yang dikasihi Allah." Gabriel mengucapkan 'kecharitomene' yang mewakili fakta bahwa 'Kasih Allah untuk Maria abadi, sejak awal mula, sekarang, saat ini, hingga di masa yang akan datang, selama-lamanya'.
Maria terkejut ? Tentu saja ! Bisa jadi keterkejutan yang luar biasa ! Apalagi karena dia mendapat sapaan bahkan sanjungan sedemikian hebat, 'wanita yang terberkati, engkau yang dikaruniai', yang dilanjutkan dengan perkataan "Tuhan menyertai engkau" (Luk. 1:28). Kerendahan hati telah ditanamkan di dalam diri Maria semenjak masa kecilnya. Dan kini pujian yang begitu agung disampaikan kepadanya ?
Namun Gabriel berupaya menenangkan Maria dengan menyampaikan fakta bahwa Allah menganugerahkan kasih karunia kepadanya dalam bentuk kehamilan, mengandung Anak Allah yang Mahatinggi. Â Bukannya semakin tenang, Maria tentu semakin bingung seketika mendapat berita sedahsyat itu. "Aku akan mengandung, bahkan mengandung Anak Allah Yang Mahatinggi ?" mungkin demikian kata batinnya.
Kita dapat membayangkan bahkan merasakan apa yang dialami dan dirasakan Maria. Dan terlontarlah kalimat yang sangat logis dari bibir perawan itu, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami ?" (Luk. 1:34). Terjemahan dari Bahasa Yunani ke Bahasa Inggris untuk ayat ini adalah, "And Mary said to the angel, 'How shall this be since I do not know a man?'", "Bagaimana mungkin itu terjadi sedangkan aku tidak 'mengenal' laki-laki, aku perawan ?" Mengapa kalimat ini logis ? Sebab Maria dan Yusuf baru dalam tahap kiddushin dan karena itu belum tinggal serumah dan tentu saja belum pernah melakukan hubungan suami istri ! Sepengetahuan Maria, hanya wanita yang sudah bersuami dan sudah pernah melakukan  hubungan suami istrilah yang bisa mengandung.
Apakah dengan kalimat yang dilontarkannya Maria ingin berdebat dengan Gabriel ? Sama sekali tidak ! Maria hanya mengutarakan keheranan manusiawinya yang mencuat justru dari kesucian dan kekudusan keperawanannya ! Maria hanya berusaha mendapat penjelasan sehingga hal yang amat besar itu bisa dipahaminya dengan baik. Dan hampir pasti, berita ini belum menjadi 'kabar sukacita' bagi Maria karena dia tahu konsekuensi kehamilan di luar nikah. Apakah Maria takut akan konsekuensi itu ? Lagi-lagi tidak ! Karena Maria sangat mengerti akan upayanya selama ini untuk menjaga kesucian keperawanannya di hadapan Allah dan masyarakat. Dan Yusufpun sangat menghormati bahkan menjaga keperawanan suci gadis itu. Karena itu, sekali lagi, sangat wajar kalau Maria heran dan bingung.
Lagi-lagi dengan sabar Gabriel menjelaskan, "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah" (Luk. 1:35). Bisa jadi keheranan dan kebingungan Maria bukannya surut, malah makin memuncak, Maria semakin bingung. Dia selalu mengingat bahwa Mesias, yang datang dari Allah pasti akan hadir di dunia. Maria juga tahu, bahwa Mesias itu akan menjadi raja dan kerajaanNya kekal. Tetapi, mungkinkah Mesias itu berasal dari rahimnya ? Lagi-lagi kerendahan hati mencuatkan tanya dalam jiwa Maria, ya, tanya, dan bukan ketidakpercayaan, apalagi penyangkalan. Maria sedang berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Gabriel terkesima dengan sederet pertanyaan dan pernyataan kritis gadis suci itu. Tetapi misinya yang dari Allah sendiri harus terlaksana ! Gabriel berupaya memperkuat ujarannya dengan fakta, bahwa Elisabet, sanak Maria yang dikenal mandul itu, kini mengandung dalam bulan yang keenam, "Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil" (Luk. 1:36).
Kalimat pamungkas Gabriel, 'Bagi Allah tidak ada yang mustahil' meneguhkan hati perawan kudus yang telah dipersiapkan Allah untuk menerima Sang Firman di dalam rahim dan pertama-tama di dalam jiwanya. Di dalam kepasrahan yang tulus dan di dalam cintanya yang senantiasa merekah indah bagi Allah, juga di dalam keperkasaan pribadinya, Maria menjawab Gabriel, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Luk. 1:38). Jawaban itu adalah jawaban yang dinanti-nantikan seluruh bumi dan bala tentara surga ! Sebuah jawaban yang menentukan arah kehidupan semua makhluk ! Sebuah jawaban yang membawa sukacita besar bagi dunia seisinya ! Gabrielpun pergi meninggalkan Maria sekaligus meninggalkan 'Kabar Sukacita' bersamanya.