masuk angin' hanya dikenal, bahkan sangat familiar dan menjadi 'kekayaan budaya' tersendiri di Indonesia. Istilah ini tidak dikenal di luar negeri dan tidak ada dalam kamus dunia medis. Biasanya orang yang dikatakan masuk angin merasa tidak enak badan, otot pegal-pegal, kembung atau sakit kepala. Masuk angin bukanlah penyakit, lebih tepat sebagai kumpulan gejala.
Tampaknya 'Mengapa kumpulan gejala itu secara turun temurun dikaitkan dengan angin dan juga hujan, belum dapat dipastikan. Salah satu kemungkinan adalah peranan cuaca yang berangin apalagi hujan berpotensi menurunkan daya tahan tubuh sehingga seseorang rentan mengalami infeksi virus atau bakteri. Kurangnya paparan sinar matahari yang bisa menyebabkan tubuh kurang memproduksi vitamin D juga berperan dalam penurunan imunitas.
Keluhan masuk angin bisa jadi merupakan tanda dan gejala berbagai penyakit sebagai berikut :
1. Â Â Â Â Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
ISPA yang biasa terjadi adalah infeksi virus atau bakteri yang menyerang saluran napas atas yaitu hidung, faring, laring, dan sinus. Gejalanya berupa pilek, bersin, batuk, juga bisa menyebabkan  nyeri otot bahkan demam. Pada kebanyakan orang, gangguan ini ringan dan bisa sembuh sendiri. Istirahat yang cukup, nutrisi sehat, latihan fisik ringan, dan penggunaan balsam atau minyak yang menghangatkan tubuh biasanya membantu mempercepat penyembuhan ISPA.Â
2. Â Â Â Â Gangguan Pencernaan.
Rasa tidak enak di perut atau abdominal discomfort yang disertai gejala lain berupa mual, muntah, kembung, sendawa, sensasi perih atau nyeri ulu hati, bahkan diare sering muncul pada saat seseorang mengalami gangguan pencernaan. Kumpulan gejala seperti ini juga sering disebut masuk angin. Berbagai penyebab umum gangguan pencernaan adalah dispepsia atau yang lebih dikenal dengan penyakit maag, gastritis atau radang lambung, Gastro Esophageal Reflux Disease atau GERD, yaitu muncratnya asam lambung ke kerongkongan, bahkan ke mulut dan organ di sekitarnya, infeksi virus atau bakteri, keracunan makanan, atau alergi. Gangguan pencernaan juga bisa dipicu oleh konsumsi berlebihan makanan yang pedas, asam, atau berlemak. Tergantung penyebabnya, tentu saja gangguan-gangguan ini perlu diatasi agar tidak mengganggu aktivitas harian.
 3.     Infeksi yang lebih serius.
Bila keluhan masuk angin terasa lebih berat, perlu diwaspadai adanya penyakit infeksi yang lebih serius. Demam Berdarah Dengue atau DBD, Malaria, dan Penyakit Tifus atau Demam Tifoid, bahkan COVID 19 adalah beberapa di antaranya. Berbagai gejala masuk angin bisa menjadi tanda peringatan untuk berbagai infeksi ini. Maka jangan sepelekan masuk angin, khususnya bila gejala dan keluhan tidak seperti biasanya.
4. Â Â Â Â Serangan jantung.Â
Serangan jantung dapat terjadi jika otot jantung pada suatu area tidak mendapat pasokan darah dan oksigen dalam jumlah cukup. Kurang atau bahkan berhentinya pasokan ini dapat terjadi karena adanya penyempitan atau sumbatan pada pembuluh darah jantung. Akibatnya otot jantung 'menjerit minta tolong' dalam bentuk nyeri yang bisa terasa di berbagai area pada tubuh bagian atas seperti nyeri di dada kiri yang menjalar hingga kelingking kiri, nyeri di belakang tulang dada, bahu, tengkuk, hingga rahang. Nyeri jantung juga bisa dirasakan sebagai nyeri ulu hati atau nyeri lambung, terutama pada wanita dan lansia. Tidak jarang juga, nyeri seperti ini yang mungkin disertai pusing, lemas, mual, sesak napas, dan keringat dingin, dianggap sebagai masuk angin. Kehati-hatian dan kewaspadaan serta kecepatan untuk segera mendapatkan pertolongan di rumah sakit sangat penting pada kondisi seperti ini karena serangan jantung merupakan salah satu gangguan sangat serius pengancam nyawa.Â
Apakah kerokan, yang juga menjadi 'kekayaan budaya' bangsa kita dapat membantu jika masuk angin ? Sejatinya kerokan masih kontroversi dalam dunia kesehatan. Kemerahan yang muncul di kulit saat kerokan, misalnya dengan bawang merah, disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah kecil atau kapiler di kulit akibat goresan. Namun, jika goresan begitu kuat apalagi menggunakan koin dengan tekanan, pembuluh darah bisa pecah dan keadaan ini malah bisa merugikan tubuh. Kalau begitu, tidak boleh kerokan ? Boleh-boleh saja, asalkan goresan tidak kuat, yang ditandai dengan warna merah tetapi bukan merah darah. Selain karena pelebaran pembuluh darah, efek kerokan adalah produksi hormon endorfin atau 'hormon bahagia' lebih banyak sehingga orang yang dikerok merasa jauh lebih sehat dan bugar. Setelah dikerok keluhan tidak hilang, bahkan memburuk ? Saatnya minta pertolongan Dokter !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H