Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pengalaman Imajiner dengan Yesus: Lukas 19:11-28, "Apakah masih ada alasan untuk menyimpannya dalam sapu tangan ... ?"

20 November 2024   09:14 Diperbarui: 20 November 2024   10:01 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku, sejumlah orang, dan rombongan Yesus dari Nazaret sudah mendekati Kota Yerusalem, Kota Kejayaan Raja Daud. Tentu saja kami menyangka bahwa Dia akan segera memulihkan Kerajaan Daud bagi Bangsa Terpilih, mengalahkan Kekaisaran Romawi yang menjajah Tanah Israel, dan itu berarti Kerajaan Allah yang senantiasa disabdakanNya sudah dekat !

Tuhan sungguh tahu apa yang ada di dalam pikiran dan terutama hati kami sehingga seperti biasanya, saat itu, Tuhan menyampaikan pengajaranNya melalui perumpamaan, kali ini tentang bangsawan yang pergi untuk dinobatkan menjadi raja di suatu negeri yang jauh. Sebelum berangkat, bangsawan itu mempercayakan kepada sepuluh hambanya sepuluh mina untuk dikembangkan melalui perdagangan.  

Sepulangnya dari perjalanan dan upacara penobatan sebagai raja, bangsawan itu kembali ke rumahnya dan memanggil kesepuluh hambanya untuk meminta pertanggungjawaban mereka atas sepuluh mina yang telah dipercayakannya kepada mereka. Rupanya ada seorang hamba yang melawan titah tuannya dan sama sekali tidak berupaya apa-apa. Hal lain yang sangat tidak diharapkan bangsawan itu adalah, ada "orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami" (Luk 19:14-15).

Tuhan bertanya kepadaku, "Menurutmu, Nak, apakah bangsawan itu kejam dan bengis sekiranya dia menghukum hamba yang tidak berupaya apa-apa itu dan bahkan membunuh semua seterunya, yang tidak suka dia menjadi raja mereka ?" Tanpa bermaksud ambil muka kepada Tuhan, aku menyahut, "Aku pikir tidak, Tuhan. Bangsawan itu telah melaksanakan tindakan yang adil, menganugerahkan hadiah kepada mereka yang bertanggung jawab dan menjatuhkan hukuman kepada mereka yang berbuat seenaknya bahkan buruk."

"Camkanlah ini, Nak. Kepadamu dan kepada semua orang, BapaKu telah mempercayakan sejumlah mina untuk dikembangkan, bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain, bagi sesama. Bahkan BapaKu bukan hanya memberikan mina-mina itu tetapi juga segala kemampuan yang dibutuhkan untuk mengembangkannya. Apakah masih ada alasan untuk hanya 'menyimpannya dalam sapu tangan' (Luk 19:20) ? Bagi mereka yang menolak Aku, apakah tidak pantas Kutanyakan, 'UmatKu, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan apakah engkau telah Kulelahkan?  Jawablah Aku !' (Mi 6:3) ?"

Aku sungguh tertegun mendengar semua ujaran Tuhan, dan Ia menutup perbincangan kami, "Apakah keliru kalau pada akhirnya semua perbuatan buruk itu membawa hukuman justru sebagai konsekuensi atas dirinya sendiri, walau sebenarnya Aku sungguh tak menghendakinya, sama seperti 'Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang' (Mat 18:14) ?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun