kemewahan' yang 'dipamerkan' oleh EG dan KP marak di media sosial dengan berbagai tanggapan netizen yang sebagian amat besarnya negatif. Mengapa ? Karena terkesan tidak ada sensitivitas situasi sosial, sehingga memicu perasaan sebagian orang sebagai 'warga negara tiri'. Dalam skala-skala yang mungkin berbeda, entah lebih besar atau lebih kecil, hal seperti itu sebenarnya juga dilakukan oleh banyak orang. Bahkan ada yang 'membungkusnya' dengan hal-hal berbau rohani.
Kita masih sangat ingat, 'Di saat "... banyak orang tidak tahu apakah masih bisa makan roti hari ini", kata Paus Fransiskus, "... ada banyak orang juga yang melahap dan menimbun", memuaskan hedonisme, dan pertanyaannya adalah "Apakah saya butuh semua itu ?"
Di saat banyak orang 'mencari untuk bertemu Tuhan dan sahabat-sahabatNya' di tempat-tempat yang jauh dan menyenangkan, ada lebih banyak orang yang 'menunggu Tuhan di tempatnya sendiri untuk mengulurkan roti' karena jangankan berjalan jauh, beranjak dari tempatnya duduk sekalipun mereka tidak sanggup !
Apakah salah jika seseorang seperti EG dan atau KP itu 'menikmati' apa-apa yang mereka nikmati ? Terserahlah, entah salah atau benar, biarlah Dia yang menjadi Hakim atas itu. Namun satu hal yang pasti, kalaupun mau menikmatinya, nikmatilah sendiri, berdua, atau bersama keluarga, dan jangan 'flexing', apalagi 'flexing rohani' karena tindakan itu bisa saja menjadikan sebagian orang, walaupun jelas bukan kebenaran, 'ragu akan Tuhan', merasa sebagai 'ciptaan tiri', bertanya-tanya dalam hatinya, "Apakah Tuhan itu memang Maha Adil ?", karena Dia seakan 'memberikan rahmat kemewahan' bagi sebagian orang, dan 'menganugerahkan berkat ketidakberpunyaan' bagi banyak orang lain .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H