Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Gangguan Psikologis : Borderline Personality Disorder, Kesulitan Mengendalikan Emosi

7 November 2024   15:40 Diperbarui: 7 November 2024   16:29 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya ingin menceritakan kepada Anda tentang seorang wanita muda, sebut saja Cindy. Wanita muda yang berusia 27 tahun ini memberi kesaksian bahwa keinginan bunuh diri sering kali muncul dalam pikirann bahkan dalam tindakannya. Mujurnya sampai sekarang keinginannya itu belum kesampaian.

 Namun, dia merasa senang dengan 'ide bunuh diri' sebagai jalan keluar dari berbagai masalah yang dihadapinya. Dan Cindy amat sering melukai dirinya sendiri sejak masa remaja. Saat stres Cindy sering merasa sedang 'berada di tempat lain', walaupun sebenarnya dia sedang bercakap-cakap akrab dengan teman atau suaminya, atau bahkan sedang sibuk bekerja. Dia juga mengatakan tidak tahu siapa dirinya di saat itu.

Suaminya, James, merupakan 'hadiah terbaik' dari Tuhan, begitu pengakuannya pada suatu waktu. Di saat Cindy merasa seperti itu, James akan 'hujan' pujian dan hadiah serta kemesraan. Namun, di lain waktu dia berkata, "Pria ini adalah orang terburuk yang pernah ada dalam hidupku !" Dan Cindy tidak segan-segan mengabaikan, membentak, bahkan menyerangnya dengan melemparkan barang. 

Tapi penyesalan segera tiba dan Cindy panik memikirkan kalau-kalau James akan meninggalkannya. Sebelum menikah dengan James, kehidupan seksual Cindy terbilang buruk. Dia melakukan hubungan seksual dengan banyak orang, bahkan dengan orang yang tidak dia kenal.

Dokter mendiagnosis Cindy mengalami Borderline Personality Disorder (BPD) atau Gangguan Kepribadian Ambang, suatu penyakit mental yang serius. Seperti yang dialami Cindy, gangguan ini biasanya dimulai pada akhir masa remaja atau awal usia duapuluhan. Dan, seperti juga Cindy, BDP lebih banyak diderita wanita daripada pria.

Para pakar masih belum mengetahui penyebab pasti BPD. Dugaan mengarah pada kombinasi dari cara kerja otak dan berbagai hal yang dialami dalam hidup. Jadi, kemungkinan penyebab BPD multifaktorial, lebih dari satu faktor. Faktor genetik yang diturunkan dari keluarga mungkin 'bekerjasama' dengan pemicu lainnya seperti pengabaian, pelecehan, penganiayaan, atau bullying.  

Karena kesulitan mengendalikan emosi, seorang penderita BPD bisa mengalami sejumlah hal seperti :

  • Nekad dalam pengambilan risiko.
  • Perubahan suasana hati yang bergelora.
  • Kemarahan, depresi, atau kecemasan
  • Kesulitan mengelola tugas rutin di rumah
  • Kegagalan dalam bekerja
  • Kesulitan mempertahankan hubungan.

Akibat yang lebih fatal adalah perceraian, keterpisahan dari keluarga dan teman, serta masalah keuangan yang serius.

BPD bukanlah masalah yang berdiri sendiri. Seseorang yang mengalaminya, kemungkinan besar juga mengalami gangguan mental lain seperti ansietas atau kecemasan, depresi, gangguan makan, dan pikiran untuk bunuh diri. 

Sayangnya, banyak orang dengan BPD mengatasinya secara negatif dengan beralih ke narkoba dan alkohol, yang dapat menimbulkan jauh lebih banyak masalah. Beratnya BPD dapat berkurang seiring bertambahnya usia dan dibantu dengan pengobatan, walaupun belum ada obat yang pasti dapat mengatasinya.  

Seorang penderita BPD seharusnya lebih terbuka agar mendapat pertolongan profesional seperti Dokter dan Terapis, serta keluarga dan teman. Sebaliknya, sangat dibutuhkan kepedulian keluarga dan orang-orang terdekat untuk membantu penderita BPD agar keadaan mereka semakin lama semakin baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun