Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Catatan Cinta Paulus bagi Korintus (7) : Apa yang Dipersatukan Allah Janganlah

5 November 2024   18:15 Diperbarui: 11 November 2024   06:52 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels.com/@glauber-torquato

Namun, jika orang punya kesempatan untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik, seperti budak yang dibebaskan, itupun baik, "Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu. 

Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayananNya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hambaNya. Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia" (1 Kor 7:21b-23).

Dan Rasul Paulus menutup rangkaian jawabannya tentang asketisme seksual dan perkawinan, dalam Bab 7 Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus dengan nasihat bagi para janda, "Isteri terikat selama suaminya hidup. 

Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya. Tetapi menurut pendapatku, ia lebih berbahagia, kalau ia tetap tinggal dalam keadaannya. Dan aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah" (1 Kor 7:39-40). 

Bagi Paulus, lebih baik kalau seorang janda tetap tidak menikah setelah suaminya meninggal. Kalaupun ingin menikah, ia harus memilih seorang pria Kristen sebagai suami. Yang dimaksudkan Kristen di sini, seiring perjalanan Sejarah Gereja, tentu saja Kristen Katolik karena pada zaman Paulus hanya ada satu Kristen yaitu Kristen yang Apostolik, yang kemudian dikenal sebagai Kristen yang Katolik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun