Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Catatan Cinta Paulus bagi Korintus (4) : Perkembangan Jemaat Korintus, Perkembangan Jemaat 'Bayi'

2 November 2024   10:05 Diperbarui: 11 November 2024   06:56 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Paulus berhasil mendirikan Komunitas Kristen di Korintus sekitar tahun 51, setelah ia satu setengah tahun berada di kota itu, di antara orang-orang bukan Yahudi. Dan, ia terus menjaga komunitas itu bagaikan seorang ayah merawat anak-anaknya, bahkan di saat ia sedang tidak berada bersama mereka !Namun, ketika Paulus berada di Efesus, pada perjalanannya yang ketiga (1 Kor 16:8; Kis 19:1--20), dia menerima berita yang meresahkan tentang situasi jemaat di Korintus. Sejumlah besar pertanyaan dari Jemaat yang sedang bertumbuh itu juga dialamatkan kepadanya.Untuk menjawab situasi yang berkembang, yang sebagiannya tidak menggembirakan, serta pertanyaan-pertanyaan yang luas itu, Paulus menulis surat dari Efesus sekitar tahun 56, Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus. 

Tampaknya mayoritas orang Kristen di Korintus cukup setia, dan Paulus menulis kepada mereka agar waspada terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh pandangan dan perilaku berbagai kelompok minoritas terhadap masyarakat. Paulus menulis dalam keyakinan penuh akan otoritas misi kerasulan yang diembannya. Paulus juga meyakini bahwa Jemaat Korintus, meskipun memiliki kekurangan, akan mengakui dan menerimanya. Pada bagian awal suratnya, setelah menyampaikan Salam dan Ucapan Syukur, secara sangat tegas dan lugas, Paulus langsung menyoroti perpecahan terbuka di antara Umat Kristen di kota itu sehingga Paulus merasa perlu menasihati mereka, "Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloe tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu. Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus. Adakah Kristus terbagi-bagi ? Adakah Paulus disalibkan karena kamu ? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus ? Aku mengucap syukur bahwa tidak ada seorangpun juga di antara kamu yang aku baptis selain Krispus dan Gayus, sehingga tidak ada orang yang dapat mengatakan, bahwa kamu dibaptis dalam namaku. Juga keluarga Stefanus aku yang membaptisnya. Kecuali mereka aku tidak tahu, entahkah ada lagi orang yang aku baptis. Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia" (1 Kor 1:10-17).

Paulus juga mengingatkan bahwa ketika dia berada di Korintus, banyak di antara mereka yang miskin dan kurang mampu mendapat Kasih Karunia Allah, "Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah" (1 Kor 1:26-29).

Sekali lagi, perpecahan di antara Umat Allah di Kota Korintus sangat merisaukan Paulus sehingga sampai kepada ayat terakhir, ayat ke-21 dari Bab 4 suratnya, Paulus memberikan nasihat sekaligus pengajaran tentang Peran Allah dalam HikmatNya dan bagaimana jemaat harus bersikap. Sekaligus juga Paulus menyatakan dirinya sebagai teladan bagi mereka dalam mengikuti Yesus, "Hal ini kutuliskan bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegor kamu sebagai anak-anakku yang kukasihi. Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu. Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku !" (1 Kor 4:14-16).

Sekaligus Paulus mengingatkan bahwa dia juga bisa bersikap tegas terhadap mereka, "Tetapi ada beberapa orang yang menjadi sombong, karena mereka menyangka, bahwa aku tidak akan datang lagi kepadamu. Tetapi aku akan segera datang kepadamu, kalau Tuhan menghendakinya. Maka aku akan tahu, bukan tentang perkataan orang-orang yang sombong itu, tetapi tentang kekuatan mereka. Sebab Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa. Apakah yang kamu kehendaki ? Haruskah aku datang kepadamu dengan cambuk atau dengan kasih dan dengan hati yang lemah lembut ?" (1 Kor 18-21).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun