Paulus mengunjungi Korintus untuk pertama kalinya, dari Athena. Mengapa Paulus mengunjungi Korintus ? Paling tidak ada dua alasan. Pertama, Korintus, sekali lagi, merupakan kota dagang yang besar, yang berhubungan langsung dengan Roma dan Mediterania Barat, dengan Tesalonika dan Efesus di Laut Aegea, dan dengan Antiokhia dan Aleksandria di Timur. Karena itu, Injil yang tersebar di Korintus akan dengan cepat menyebar ke mana-mana. Alasan kedua, sangat banyak Orang Yahudi yang akhirnya menetap di sana "karena Kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua Orang Yahudi meninggalkan Roma" (Kis 18:2). Tampaknya Paulus menyadari, tidak ada 'tanah yang lebih subur' untuk membantu Tuhan menaburkan 'benih-benih Kabar Gembira' selain di antara Keluarga-keluarga Ibrani di KorintusDi Korintus Paulus "berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, ..." (Kis 18:2). Pasutri Akwila dan   Priskila adalah dua di antara antara Orang-orang Yahudi yang diusir dari Roma oleh Claudius. Paulus "tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah" (Kis 18:3).
Dalam perjalanan misinya yang kedua,Paulus tinggal di Korintus selama satu setengah tahun. Selain menghabiskan waktu dan memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai pembuat kemah, " ... setiap Hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani" (Kis 18:4). Bahkan, "Ketika Silas dan Timotius datang dari Makedonia, Paulus dengan sepenuhnya dapat memberitakan firman, di mana ia memberi kesaksian kepada Orang-orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Mesias" (Kis 18:5).
Namun, sekali lagi, "Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya" (Mat. 10:24). Sama seperti Gurunya yang dipertanyakan, "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapakNya kita kenal ?" (Yoh 6:42), agaknya orang-orang sebangsanya mendengarkan "Pembuat Kemah dari Tarsus' itu dengan perasaan ragu bahkan tidak percaya, walaupun tentu ada juga yang percaya. Â
Secara manusiawi, Paulus amat kecewa dengan pencapaian yang tidak sesuai dengan harapannya, sehingga "... ketika orang-orang itu memusuhi dia dan menghujat, ia mengebaskan debu dari pakaiannya dan berkata kepada mereka: 'Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku bersih, tidak bersalah" (Kis 18:6). Dengan berbuat demikian, Paulus menjalankan Sabda Sang Guru, "Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka" (Mrk 6:11).
Di satu sisi, penolakan Orang-orang Yahudi terhadap Paulus di Korintus menghambat berkat bagi mereka namun di sisi lain, sungguh membawa berkat luar biasa bagi bangsa-bangsa lain, "Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain" (Kis 18:6). Paulus menjadi Rasul bangsa-bangsa.
Dan terbukti, Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka yang dipanggil, dipilih, dan diutusNya untuk membantuNya mewartakan Sabda Allah, "Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: 'Jangan takut ! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam ! Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorang pun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umatKu di kota ini.'" (Kis 18:9).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H