Dokter....
beri aku obat tidur ....
lima hari lima malam aku
tak tidur
Lima malam yang lalu
dia datang
ya .....
penjahat itu
pukul 3 dini hari
todongkan pisauÂ
ke leherku
Penjahat itu
berteriak pelan
di telingaku
'berikan semuanyaÂ
atau nyawamu melayang !'
Kubongkar brankas kami
kuberikan semua yang adaÂ
kepadanya
penjahat itu
bukan karena aku pasrah
bukan pula
karena aku khawatir
dengan nyawaku
Karena dia .....
anak tunggal kami, Dokter
ya, penjahat itu !
Bagaimana mungkin
tidak kukenal bau tubuhnya
yang akrab padaku
sejak dia
keluar dari rahimku
bagaimana mungkin
tidak kukenal sorot matanya
di antara serat-seratÂ
topeng itu
sorot mataÂ
yang senantiasa
menatapku
sejak dia
mengisap air susuku
bagaimana mungkinÂ
tidak kukenal suaranya
yang selama ini
dengan begitu ceria
memanggilku
'Mama .....'
walaupun diaÂ
berusaha mengubah
nada suaranya
Bagaimanapun .....
dia
penjahat itu
anakku ....Â
ya, anakkuÂ
Beri aku obat tidur,
Dokter .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H