"... Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-muridNya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan" (Mrk 10:46). Agaknya nama orang ini, 'Bartimeus, anak Timeus', begitu penting dalam pikiran Penginjil Markus sehingga perlu disebutkan dalam perikope ini. Sangat jarang nama orang-orang yang disembuhkan Yesus dinyatakan secara jelas dalam Injil.
Bartimeus, dinamai menurut nama ayahnya, Timeus. Kata 'Bar' dari Bahasa Aram berarti 'anak' atau 'putra', sama seperti 'Ben' dalam Bahasa Ibrani. Jadi Bartimeus berarti 'Putra Timeus'. Apa pula arti nama Timeus ? Kata Timeus dalam Bahasa Aram bisa diartikan dalam dua makna yang saling bertolak belakang, yaitu 'Yang Terhormat' atau 'Yang Najis'. Sangat mungkin Bartimeus dianggap sebagai 'Anak yang Najis', 'Anak yang Memalukan', mengingat pada zaman Yesus, disabilitas atau difabilitas dalam segala bentuknya termasuk disabilitas fisik, seperti kelumpuhan, cerebral palsy, dan cacat tubuh, disabilitas intelektual meliputi lambat belajar, disabilitas grahita, atau down syndrome, disabilitas mental antara lain skizofrenia, bipolar, depresi, dan gangguan kepribadian, disabilitas sensorik dengan contoh tunanetra, tunarungu, atau tunawicara, serta disabilitas multi atau ganda pada mereka yang mengalami dua atau lebih jenis disabilitas, sering kali dianggap sebagai akibat dari dosa ! Kita dapat mengingat kisah "Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-muridNya bertanya kepadaNya: 'Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta ?'" (Yoh 9:1-2).
Bisa jadi pandangan seperti itu berimbas kepada Bartimeus sehingga dia mungkin 'ditelantarkan' oleh keluarganya, yang seharusnya terkenal karena namanya disebutkan dalam Injil. Juga ada kesan bahwa orang banyak mengira Timeus, ayah Bartimeus, telah berdosa dan karena itu 'najis' sehingga putranya itu juga menjadi 'najis'.
Bartimeus yang "seorang pengemis yang buta" (Mrk 10:46) itu lebih berfokus dan mendengar "... bahwa itu adalah Yesus Orang Nazaret ..." (Mrk 10:47) daripada bersukacita karena "... orang banyak yang berbondong-bondong ..." (Mrk 10:46), yang seharusnya membawa harapan memberi uang lebih banyak kepadanya. Bartimeus yang buta itu tampaknya jauh lebih mampu, daripada orang banyak itu, untuk 'melihat' siapakah sebenarnya Yesus, walaupun pasti informasi yang didapatnya tentang Yesus serba sedikit karena keterbatasannya. Dan Bartimeus tahu apa yang lebih penting pada saat itu, sesuatu yang takkan terjadi dua kali, sesuatu yang tak ternilai, sesuatu yang akan mengubah hidupnya, yang tak boleh dilewatkannya begitu saja ! "... mulailah ia berseru: 'Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!'" (Mrk 10:47). Namun, sebagaimana terjadi di sepanjang zaman, banyak orang merasa terganggu dengan penyandang disabilitas dan difabilitas, "Banyak orang menegornya supaya ia diam" (Mrk 10:48) !
Apakah Bartimeus mengikuti tegoran orang banyak itu ? Sama sekali tidak ! Dia menyadari bahwa dirinya memiliki hak untuk meneriakkan penderitaannya dan mendapat pertolongan dari Dia yang dipercaya sanggup menolongnya ! Dia mengabaikan ketidakmauan dan ketidakmampuan orang banyak itu untuk memahami kebutuhannya yang sungguh-sungguh didambakannya sejak lama. Maka, "... semakin keras ia berseru: 'Anak Daud, kasihanilah aku !'" (Mrk 10:48).
Sungguh bertolak belakang dengan sikap orang banyak yang 'mendengar namun tidak mau mendengarkan' Bartimeus, "Lalu Yesus berhenti dan berkata: 'Panggillah dia !'" (Mrk 10:49). Sungguh bertolak belakang dengan pikiran orang banyak itu, Yesus berpandangan, yang berdosa "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia" (Yoh 9:3).Â
Karena 'perintah' Yesus, "Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: 'Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau'" (Mrk 10:49). Tanpa mengulur waktu, Bartimeus segera 'menanggapi panggilanNya' dengan "menanggalkan jubahnya" (Mrk 10:50), 'menanggalkan dan meninggalkan kehidupannya yang lama', "... ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus" (Mrk 10:50). Yesus, dengan HatiNya yang penuh empati kepada Bartimeus, Sang Difabel itu, sebenarnya tahu, namun tetap mengajukan pertanyaan retorik kepadanya, "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" (Mrk 10:51). Tanpa sungkan apalagi malu, orang buta itu serta merta menyambut, "Rabuni, supaya aku dapat melihat !" (Mrk 10:51).
'Rabuni', 'Guru Spiritualku', begitu percaya dirinya Bartimeus, penyandang disabilitas itu, menyebut Yesus dalam iman kepadaNya, dalam harapan akan pertolonganNya, sekaligus dalam kasih kepada Sosok yang baru saja ditemui dan dikenalnya itu. Rabuni, sapaan yang begitu akrab, sama akrabnya dengan sapaan Maria Magdalena yang bertahun-tahun bergaul dengan Yesus ketika "Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur" (Yoh 20:1) dan "Kata Yesus kepadanya: 'Maria!'" Â
Dan tanpa basa-basi, Rabuni itu mengabulkan permintaannya, "Lalu kata Yesus kepadanya: 'Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau !'" (Mrk 10:52). Mengapa Yesus melakukan itu ? Karena Dia sangat memahami kebutuhan Bartimeus dan "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia" (Yoh 9:4-5). Mengapa Yesus melakukan itu ? Karena Ia melihat bahwa Bartimeus, dalam kepenuhan imannya akan Sang Rabuni, mampu memahami siapa Dirinya dan apa yang sanggup Dia lakukan baginya. Mengapa Yesus melakukan itu ? Karena Dia telah membuang segala stigma sosial yang selama ini 'melekat' pada Bartimeus dan Dia justru telah memanggilnya dengan cara dan kasih yang sama seperti Dia memanggil para murid pada awal Masa Pelayanan KasihNya.
Tentu pula Yesus sangat ingin 'melihat' setiap orang mampu meneladaniNya dalam menanggapi dan mengulurkan tangan dan hati bagi sekian banyak Bartimeus, Sang Difabel, di sekitar dan di sepanjang zaman, serta mengganggap mereka 'sama seperti kita dalam segala kodrat manusiawi sebagai mahkota ciptaan'. Dan Dia dapat dan sangat ingin pula menemui siapapun, di manapun, kapanpun, dan dalam situasi apapun, bukan hanya Bartimeus, asalkan setiap orang, seperti Bartimeus, tahu apa yang jauh lebih dibutuhkannya, berseru kepadaNya, dan datang memenuhi panggilanNya, serta kemudian, setelah bisa 'melihat' karena dipulihkanNya, 'meninggalkan Yericho, lalu "... mengikuti Yesus dalam perjalananNya" (Mrk 10:52).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H