Sekitar dua ribu tahun yang lalu, di Nazareth, di Galilea Selatan, kira-kira separuh jalan antara Laut Galilea dan Laut Tengah, hidup sepasang suami istri yang kesepian, Anna dan Yoakim.
Anna lahir sebagai keturunan Lewi, di Kota Betlehem, sebuah kota kecil yang tak bertembok, kira-kira 5 mil jauhnya dari arah selatan Yerusalem. Dalam Perjanjian Lama, Kota Betlehem disebut 'Beth Lechem', yaitu 'Rumah Roti', atau juga 'Efrata', menurut nama suku yang menetap di wilayah itu. Namun dalam Bahasa Arab, namanya berarti 'Rumah Daging', mungkin karena banyaknya kawanan domba dan kambing di daerah tersebut.
Anna menikah dengan Yoakim, 'pemuda berduit dan terpandang' yang saleh, sangat murah hati, dan penuh belaskasihan kepada orang lain. Yoakim berasal dari keturunan Raja Daud, dari Suku Yehuda, suku yang sangat istimewa karena "Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa" (Kej. 49 : 10).
Mengapa mereka kesepian ? Betapa tidak ! Hingga menapaki usia kakek dan nenek, sesudah menikah selama lima puluh tahun, Ibu Anna dan Bapa Yoakim belum dikaruniai seorang anakpun ! Padahal "Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang" (Mzm. 127 : 3-5).
Namun, dalam masa penantian yang amat panjang itu, Ibu Anna dan Bapa Yoakim sepertinya selalu mengingat nasihat Putra Sirakh, "Segala-galanya yang menimpa dirimu terimalah saja, dan hendaklah sabar dalam segala perubahan kehinaanmu. Sebab emas diuji di dalam api, tetapi orang yang kepadanya Tuhan berkenan dalam kancah penghinaan" (Sir. 2 : 4-5).
Pasutri Kudus itu agaknya juga mengenang apa yang pernah dialami nenek moyang mereka, Abraham dan Sarah yang mendapatkan Ishak di masa tua mereka, serta Elkana dan Hana yang akhirnya dianugerahi Samuel, Nabi Tuhan itu. Anna dan Yoakim tak henti-hentinya berdoa, Â berpuasa dan bermatiraga, di hadapan Sang Maha Tinggi, di sepanjang waktu, "PadaMu, Tuhan, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilanMu, sendengkanlah telingaMu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku!" (Mzm 31 : 2-3).
Dan akhirnya, genaplah bagi mereka nubuat Nabi Yeremia, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan" (Yer. 29 : 11), dan nubuat Nabi Yesaya, "Beginilah firman Tuhan : 'Pada waktu Aku berkenan, Aku akan menjawab engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau'. 'Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau'" (Yes. 49 : 8, 15).
Pada saat yang tepat itu, sukacita dan kegembiraan sempurna di hati Bapa Yoakim dan Ibu Anna. Mereka sungguh sadar bahwa Yahwe selalu tepat waktu, tak pernah berlambat, tak penah pula terlampau cepat. Dan mereka menerima berkat yang jauh lebih besar dari pada berkat buat Abraham dan Sarah, nenek moyang mereka, juga yang didapatkan Hana dan Elkana. Bapa Yoakim dan Ibu Anna dianugerahi janin wanita yang kini hidup dan bertumbuh di dalam Rahim Ibu Anna, dialah Maria yang adalah 'immaculata conceptio', 'yang dikandung tanpa noda dosa'.
Dan jauh sebelum Yesus menuturkan SabdaNya, Ibu Anna dan Bapa Yoakim, Nenek dan Kakek Yesus secara daging, telah mengalaminya, "Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya" (Mat 13:16-17).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H