Kota Kenangan, 4 April Tahun Perdana Perkawinan Kami
Terselip keyakinan dalam sanubariku, penampilan, terutama warna, membawa pengaruh pada suasana di sekitar. Dalam keyakinan demikian itu, pagi tadi aku mematut diri di depan cermin besar di kamar tidur kami, sementara istriku bersiap-siap pula hendak ke kantornya.
'Hari pertama nih ye,' my nice dove, panggilan mesra buat istriku, menggodaku. 'Iya dong,' jawabku pendek. Dinda membetulkan lilitan dasi merah yang bertengger di leherku, berpadu dengan kemeja panjang biru muda diselimuti jas, dan celana hitam.
Taklah berlebihan kalau kukatakan, Dinda, Sang Arsitek Properti adalah juga Sang Arsitek Penampilanku. Dialah yang selalu memberi saran setelan mana yang cocok untuk profesiku, sekalian dengan paduan warnanya. 'Warna ikat pinggangmu harus sama dengan warna sepatumu, Mas.Â
Itu baru pas. Lalu, usahakan selalu keserasian antara warna dasi dan kemejamu.' Dengan jenaka kusimak setelan yang kupakai sambil berujar,'O, begitu ya?' "Ngeledek ya. Udah, rapiin aja sendiri.' Segera kutarik Dinda ke pelukanku dan kubisikkan,'Nggak Sayang, tapi kamu makin cantik aja kalau marah gitu.' 'Abis, kamu sih. Dilanjutin nggak 'ceramah'nya ?' 'Silakan, Tuan Putri,' sahutku.Â
'Pakaianmu juga tak perlu selalu konservatif, Mas, dengan warna-warna yang biasa-biasa aja, perlu agak liberal agar ada 'warna' segar yang menyebar di sekitarmu.' "Thank you, nice dove, I love you !' dan kami ber-mmmhhh sejenak, sapaan mesra selamat pagi.
'Sembilan puluh sembilan persen keberhasilan seseorang tergantung pada penampilannya,' begitu kira-kira ujaran Mien Uno, pakar etiket. Bahkan Junaedhi menulis, penampilan yang bagus, apakah itu dalam cara berbusana, merek mobil, atau perilaku yang mengesankan, agaknya memang sudah dianggap sebagai symbol martabat, dan integritas. Akibatnya sekarang, salon-salon tak hanya dikunjungi kaum wanita tetapi juga pria. Kaum pria masa kini diam-diam sudah pandai bersolek, sesuatu yang dulu hanya milik kaum wanita.
Dalam buku yang lain kubaca, penampilan diri memegang peranan penting dalam pergaulan dan hubungan kita dengan orang lain, entah secara positif, entah negatif. Berkat penampilan kita yang baik itu, orang akan merasa enak di sekitar kita dan mempermudah komunikasi kita dengannya. Begitu tulis Hunsaker dan Alessandra.
Benar, aku sependapat dengan pandangan mereka, penampilan diri yang bagus, tak pelak, memang harus dianggap sebagai sebuah simbol, agar secara serentak bisa membuat semua orang lekas percaya pada kita, dan ini yang saat ini kubutuhkan dari mereka, dan sekaligus sanggup meletakkan kita pada tempat seharusnya.
Mario Teguh pernah berkata, 'Untuk menilai integritas seseorang, kita butuh waktu tak kurang dari sekitar empat menit pertama.' Inilah yang ingin kurebut dari mereka, dari 'bawahan baru'ku. Dan, aku harus berhasil meyakinkan mereka, 'I'm the right man !'
Di era penuh kompetisi ini, kata Eileen Rachman, setiap ada kesempatan, 'kehadiran' kita perlu dibuat seefektif mungkin. Kita perlu membuat posisi yang kita kehendaki dan mengupayakan agar kehadiran kita membawa aura dan dampak positif.Â