Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berbincang dengan Sang Filsuf : Karena Ada Dia di Belakangmu

22 Oktober 2024   09:04 Diperbarui: 11 November 2024   08:37 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang Filsuf Tua sedang menikmati 'kesendiriannya', jauh dari 'keroyokan' para mahasiswa seperti biasanya. Maklum, karena 'keunikannya yang hangat', Sang Filsuf menjadi idola para mahasiswa, terutama mahasiswi. Dan, dibuai oleh angin semilir, tiba-tiba Sang Filsuf serasa terlempar ke sebuah hutan yang lebat.

Rupanya sedang ada pertemuan semua hewan di hutan. Seekor anak singa muda sedang berdiri di atas sebuah batu abu-abu, lebih tinggi dari hewan-hewan lainnya. Singa Muda itu berbisik dengan pongahnya kepada Filsuf, "Anda lihat, Tuan, semua kepala menunduk ke arahku, semua, tanpa kecuali !" 

Sang Filsuf mengangguk-anggukkan kepalanya sembari berujar, "Ada satu yang tidak menunduk ke arahmu dan sesungguhnya mereka semua menunduk karena dia ada di belakangmu, Nak." "Siapa yang berani tidak menundukkan kepala kepadaku ?" suara Sang Singa Muda diupayakan menggelegar. "Menolehlah ke belakang, Nak."

"Oh, dia ayahku, Tuan." "Benar sekali, Nak. Dia satu-satunya yang tidak menundukkan kepala kepadamu tetapi dia pula yang mampu membuat semua yang ada di sini menunduk kepadamu. Sekiranya sudah tidak ada lagi dia di situ, yakinlah, mereka semua sangat mungkin, bukan hanya mendongakkan kepala kepadamu, malah meninggalkanmu bersama-sama, walaupun kau tetap berada di sini, di ketinggian ini, dan kau akan sendirian !"

Seketika wajah Sang Singa Muda berubah, "Kalau begitu, apa yang harus kulakukan, Tuan ?" "Pertanyaanmu sangat cerdas dan bijaksana, Nak. Mulai sekarang, asahlah kompetensimu, knowledge, skill, dan attitudemu, agar mereka semua tetap menundukkan kepala di saat dia sudah tidak di belakangmu lagi."

Sang Filsuf tersadar dari lamunannya sembari berujar, "Mujur aku tidak dimangsa hewan-hewan di hutan itu, he he he." Ujaran Sang Filsuf, seperti biasanya, bikin heran para mahasiswa yang sedang berpapasan dengannya, namun mereka lagi-lagi maklum, Sang Filsuf memang unik ..... dan ..... langka .....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun