Angin semilir membuai Sang Filsuf yang sedang duduk santai sembari terkantuk-kantuk di Taman Belakang Kolese. Jam kuliah Filsuf telah berakhir, namun kemacetan mencegatnya untuk pulang, sementara.
Kembali datang 'gangguan' dari seorang mahasiswi centil berbulu mata lentik, "Halo, Tuan. Apa kabar ?"
"Sedang tidak baik !", sahut Filsuf, belagak ketus, seperti biasanya.
"Ada apa gerangan, Tuan ?
"Karena ada gangguan yang sangat tidak kuharapkan !"
"Oh, sorry, Tuan. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu yang sudah beberapa lama kupendam, he he he," mahasiswi itu menyahut dengan nada sedikit grogi. "Akhir-akhir ini kok semakin banyak orang yang mengakhiri hidupnya sendiri? Bahkan beberapa kali, satu keluarga. Dan baru-baru ini, seorang selebgram. Ini gejala apa, Tuan ?"
"Gejala negatif !"
"Tentu saja negatif, Tuan," sahut si mahasiswi terkesan sewot. Iapun melanjutkan, "malah ada di antara keluarga mereka yang mengatakan, tidak ada komunikasi, bahkan bertahun-tahun ! Bukankah ini gawat, Tuan ?"
"Apa yang bisa kaupelajari dari semua itu, Nak ?" tanya Sang Filsuf Tua sembari menatap tajam si mahasiswi.
"Apa, Tuan?", mahasiswi itu belagak double o-n.
Sembari menghela napas panjang dan mengelus-elus janggut putih keemasannya, Sang Filsuf berujar, lirih, "Tidak perlu harus menjadi saudara atau kerabat untuk berkata, 'Andai kau butuh, aku ada di sini untuk berbagi cerita dan kisah denganmu, entah kisah suka bahagia, entah cerita duka derita ......!'"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI