Mohon tunggu...
Leonardo Wibawa Permana
Leonardo Wibawa Permana Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, Dosen, Trainer Manajemen dan Akreditasi Rumah Sakit dan Fasyankes Lainnya, Narasumber Seminar, Penulis.

dokter

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Demam itu 'Sebenarnya' Baik!

18 Oktober 2024   11:44 Diperbarui: 18 Oktober 2024   11:56 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat melayani Pasien dengan keluhan demam, saya sering menyampaikan bahwa "Demam itu 'sebenarnya' baik !" Tentu saja reaksi pertama dari sekian banyak Pasien adalah mengernyitkan dahi dan dengan wajah heran seketika berujar dalam nada tidak percaya, "Demam itu baik, Dok ?" Saya sangat memahami keheranan bahkan mungkin kejengkelan mereka karena demam itu jelas membuat tidak nyaman dan tidak ada orang yang suka dengan demam ! Saya menduga, pikiran yang terbersit di benak sebagian banyak Pasien itu adalah, "Ini Dokter normal atau tidak ?", ha ha ha. Benar, dan saya bisa mempertanggungjawabkan bahwa 'sebenarnya' demam itu baik !

Demam, apakah itu ? Demam, atau yang dalam Bahasa Latin disebut pireksia, adalah reaksi normal atau fisiologis tubuh berupa peningkatan suhu inti tubuh. Suhu inti itu meningkat terhadap 'set-point' yang diatur oleh pusat pengaturan suhu di otak, pada bagian yang disebut hipotalamus. 

Reaksi ini muncul sebagai tanggapan sekaligus 'tanda adanya perlawanan' terhadap keadaan yang abnormal. Demam atau peningkatan suhu ini juga menjadi 'sinyal', 'sign', 'tanda' bahwa ada 'something wrong' dalam tubuh kita dan mendorong kita untuk melakukan sesuatu. Jadi, bukankah demam itu 'sebenarnya' baik karena berupaya 'menyelamatkan' kita ?

Pertanyaan penting yang seharusnya muncul kemudian adalah, 'mengapa demam ?' Penyebab munculnya reaksi demam bermacam-macam, yang paling umum dan sering adalah infeksi. Infeksi merupakan 'penyerangan' tubuh oleh mikroorganisme patogen berupa kuman atau bakteri, virus, jamur, parasit, amuba, dan cacing.  Penyebab non-infeksi seperti peradangan atau inflamasi, keganasan atau kanker, dan proses autoimun juga bisa memicu demam.

Kapan seseorang dikatakan mengalami demam ? Tentu saja kita perlu tahu suhu normal tubuh yaitu di antara 36,5 hingga 37,5 derajat Celcius, bervariasi dari waktu ke waktu di sepanjang hari. Suhu tubuh lebih dari 37,5 derajat Celcius dianggap demam. Demam dapat dikategorikan sebagai berikut :

  • Demam derajat rendah : suhu 37,6 hingga 38,0 derajat Celcius.
  • Demam derajat sedang : 38,1 hingga 39,0 derajat Celcius.
  • Demam derajat tinggi: 39,1 hingga 41 derajat Celcius.
  • Hipertermia : lebih dari 41 derajat Celcius.

Walaupun demam itu 'sebenarnya' baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

  • Jika Anda demam, jangan buru-buru 'menghilangkan' demam. Segera upayakan mengetahui penyebabnya, kalau perlu berkonsultasi dengan Dokter, sebelum demam 'disuruh' pergi. Karena tak jarang, jika penyebabnya hilang, demam akan enyah dengan sendirinya.

  • Cermati 'gejala dan keluhan' lain yang Anda rasakan saat demam. Bisa saja demam hanya satu di antara sejumlah gejala dan keluhan yang lebih serius seperti batuk yang parah, diare, nyeri kepala bahkan nyeri kepala hebat, dan lain-lain.

  • Walaupun suhu yang tinggi tidak selalu 'mewakili' penyakit yang lebih parah, tetap waspada dan kalau perlu meminta pertolongan Dokter adalah tindakan terbaik.

  • Demam yang mendadak turun disertai keluhan lain seperti penurunan nafsu makan, rasa lelah berlebihan, penurunan kesadaran, dan berkeringat dingin, seperti yang tak jarang terjadi pada Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) sangat mungkin menjadi tanda perburukan penyakit, bukan malah perbaikan menuju kesembuhan.

  • Last but not least, adanya infeksi tanpa demam, misalnya pada Bayi, yang imunitasnya belum berkembang baik, dan pada Lansia, yang imunitasnya menurun, bisa jadi pertanda buruk. Keadaan-keadaan ini sangat perlu diwaspadai.

Baca juga: Irama Sirkadian:

Demam itu 'sebenarnya' baik, namun jangan jadikan demam sebagai 'teman' apalagi 'sahabat' !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun