Mohon tunggu...
Satya Permadi
Satya Permadi Mohon Tunggu... Junior Researcher -

Seorang yang senang mengamati banyak hal, terkadang menuangkannya dalam tulisan, lebih sering dituangkan dalam bentuk fotografi. https://permadisatya.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Problematika Kota Urban: Angkot Bogor

4 Oktober 2017   05:04 Diperbarui: 4 Oktober 2017   14:51 5798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angkot yang memotong dari lajur kanan ke lajur kiri, lalu berhenti seenaknya. (Foto: www.permadisatya.wordpress.com)

Dulu, dengan hadirnya Transpakuan pada tahun 2007, muncul sedikit optimisme akan hadirnya sistem transportasi umum yang lebih baik di Kota Bogor. Ternyata semangat itu hanya sementara saja. Ciut akan sikap para supir angkot yang tidak menyukai adanya perubahan. Padahal ide tersebut rencananya akan dilakukan bertahap, dimulai dengan rute trayek yang paling ramai dan panjang. Bahkan, saat ini keberadaan Transpakuan sudah tidak terdengar lagi.

Menurut berita yang dilansir Liputan6, Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) selaku pengelola bus Transpakuan menghentikan sementara operasional bus sejak bulan april 2017 kemarin. Hal tersebut karena perusahaan terus merugi tanpa adanya perhatian lebih baik dari Pemkot Bogor. Saat ini, halte-halte Transpakuan sudah mulai tak terawat, dan banyak beralih fungsi menjadi tempat berjualan, tempat nongkrong ojek online, dan bahkan menjadi rumah bagi gelandangan.

Dua tahun terakhir, Pemkot Bogor giat menjalankan rencana kebijakan untuk mengkonversi 3 angkot menjadi 1 bus. Momen matinya layanan bus Transpakuan ini bertepatan dengan munculnya wacana baru tersebut yang mirip-mirip dengan sebelumnya. Proses konversinya nanti dilakukan oleh para pengusaha angkot, yang sekarang statusnya sudah bergabung di dalam beberapa koperasi sebagai badan hukumnya.

Saat ini proses tersebut masih mengalami beberapa kendala seperti ketidaksanggupan pengusaha angkot tersebut untuk membeli bus yang dirasa terlalu mahal dan belum lagi keluhan mengenai pendapatan pengusaha angkot yang terus menurun, serta turunnya harga jual kembali angkot-angkot yang sudah tua. Pemkot Bogor melihat ini sebagai kendala yang membuat konversi 3 angkot menjadi 1 bus tidak dapat disegerakan. (TribunNews)

Menariknya lagi, sebetulnya, ide agar pengelolaannya tersebut tetap diberikan kepada pengusaha lokal adalah harapan dari Organda Kota Bogor, yang artinya, pengusaha angkot itu sendiri. (kotabogor.go.id) Namun demikian, hal tersebut malah menjadi permasalahan baru bagi Pemkot Bogor karena ketidaksanggupannya. Beruntungnya, Pemkot Bogor saat ini berusaha terus menjalin komunikasi, serta kedepannya akan memberikan penyuluhan yang sifatnya edukasi dalam menjalani bisnis transportasi.

---
Arsip: www.permadisatya.wordpress.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun