Ternyata,... oh ternyata... Sahabat saya mengabarkan kalau di terminal Angkudes dan di koperadesnya banyak orang yang bergunjing. Dan pergunjingannya adalah saya sedang dicari cari oleh Polisi, banyak polisi dari Polsek --polsek dan Polres sedang mencari saya... saya akan ditangkap polisi karena sudah ketahuan menggunakan uang bantuan masyarakat untuk pribadi. Whek -- whek -- whek..... Asyiiik... kan ?
Memang asyyiik. Tapi, Â pada kisah ini masih banyak yang lebih asyik lagi lho.... Saya ceritakan satu saja lagi. Begini, ceritanya... langsung nyambung kok... Lanjut...
Setelah satu bulan viralnya Tasripin dan Bapaknya Tasripin sudah di rumah, suatu malam saya mengundang Tasripin, Bapaknya, keluarganya Tasripin, ketua-ketua RT dan tokoh masyarakat setempat.Â
Saya bilang "Pin, kamu dan bapakmu sekarang sudah menjadi orang kaya. Bahkan bisa jadi orang terkaya di kampung ini. Sembako di rumahmu melimpah. Uang di rekening Bankmu ratusan juta rupiah. Kekayaanmu yang tiba-tiba ini, tidak lepas dari bantuan orang banyak. Bantuan masyarakat, Bantuan Pemerintah juga bantuan para wartawan yang datang meliput dan memberitakan. Kamu harus bersyukur. Tidak cukup dengan mengucap Alhamdulillah.Â
Salah satu kewajiban orang kaya adalah mengeluarkan zakat dan sedekah. Jadi begini ya Pin, Sembako yang menumpuk di rumahmu itu, kamu sisihkan untuk kebutuhan kamu dan keluarga selama satu bulan. Sisanya, kamu bagikan kepada seluruh warga kampung ini.Â
Lalu dari jumlah uang yang kamu terima, 25 % (dua puluh lima Persen), kamu sumbangkan untuk pembangunan kampung ini. Sehingga seluruh warga kampung ikut menikmati kebahagiaan seperti yang kamu rasakan, apakah kamu bersedia ?"
Langsung dengan tegas Tasripin menjawab "Bersedia!!" lalu saya bertanya kepada Bapaknya Tasripin "Apakah bapaknya Tasripin bersedia dan Ikhlas?" saya mendapat jawaban "Sangat Ikhlas". Alhamdulillah...
Warga kampung gak usah ditanya pasti ikhlas banget menerima 25 % itu. Kemudian saya bertanya kepada Kyai yang ikut ngurusi bantuan, apakah ada menyimpan uang cash dari para penyumbang. Jawabnya masih ada sebanyak Rp. 12 juta.Â
"Saya usul, bagaimana kalau uang yang 12 juta itu di gunakan bareng-bareng untuk syukuran. Yang 7 juta untuk membeli kambing 2 ekor dan kebutuhan lainnya untuk acara syukuran. Yang 5 juta, kembali saya meminta keikhlasan Tasripin untuk di masukkan kedalam 20 amplop. Masing-masing amplop Rp. 250 ribu. Saat syukuran nanti, kita mengundang wartawan yang jumlahnya kira --kira 20 orang, makan sate dan gulai kambing bersama-sama.Â
Pada saat itu, Pin, kamu mengucapkan terima kasih kepada para wartawan, sambil menyerahkan amplop. Bilang saja terima kasih dan ini sekedar untuk servis motor yang rusak gara-gara jalan yang rusak. Saya yakin, para wartawan tidak akan mau menerima. Tapi yang terpenting adalah kamu tunjukkan rasa terima kasih kamu kepada para wartawan," Tasripin, keluarga dan warga kampung semua setuju. Malam itu saya tidur nyenyak....
Pagi harinya sekitar jam 08.30 wib, saya menerima telpon dari wartawan TV sahabat dekat saya yang mengabarkan bahwa pagi ini nama saya ramai diperbincangkan. Katanya, tadi malam, saya meminta uang Rp 5 juta kepada Tasripin dengan alasan untuk wartawan. Ha -- ha ha..... Asyiik kan?!