Saya langsung meminta tolong kepada 3 anak sekolah kader desa Brilian untuk membersihkan rumah Tasripin, membantu memasak dan menemani Tasripini selama 3 hari, sambil mencari tahu bagaimana keseharian Tasripin dan adik-adiknya. Saya mendatangi Pemerintah desa setempat, memberitahu tentang keadaan Tasripin.Â
Saya juga berkirim sms kepada teman di Dinas Sosial, teman-teman baik, juga kepada Ketua DPRD dan Bupati. Beberapa temen menjawab dan bertanya "Apa yang bisa saya bantu ?" Makanan dan pakaian (Setidakanya pakaian pantas pakai) adalah kebutuhan yang sangat mendesak. Berikutnya perlengkapan memasak, dan tempat tidur. Setelah itu harus segera di cari solusi agar Tasripin dan adik-adiknya bisa sekolah.
Seminggu berlalu, banyak respons baik yang saya terima melalui sms. Sayangnya, belum ada tindakan baik untuk menyelesaikan masalahnya. Suatu pagi, SMS saya kirim kepada seorang sahabat baik yang kebetulan adalah wartawan.Â
Siangnya ada seorang wartawan televisi (bukan orang yang saya kirim SMS) telpon saya dan meminta saya untuk menemani wartawan tersebut melihat dan membuat liputan. Yang terjadi kemudian cerita Tasripin menjadi hebah dan viral... rumah Tasripin pun seolah menjadi "Destinasi wisata" Baru... Wisata Kemanusiaan. Inilah hebatnya Negeri kita. Begitu ada persoalan kemanuasiaan yang ramai di media massa... maghnetnya luarr biasa. Karena itu, saya tetap cinta pada negeri ini...
Saking banyaknya orang-orang yang berdatangan dan mengulurkan bantuan, saya meminta tolong tokoh setempat, seorang kyai untuk mendampingi Tasripin dalam mengurus dan mengelola bantuan.Â
Rupa-rupa bantuan yang diterima Tasripin. Mulai dari Sembako, mainan juga uang. Saya mengajak Tasripin ke kantor BRI Unit Cilongok untuk membuat rekening atas nama Tasripin, agar teman-teman yang mau membantu bisa berkirim langsung ke rekening.Â
Selain masyarakat, hampir semua pejabat Kabupaten turun dan memberi bantuan. Bupati, Dandin, Kapolres, Kepala-kepala Dias dan juga anggota Dewan yang terhormat. Dandim Wijayakusuma Purwokerto bahkan menurunkan pasukan untuk membedah rumah Tasripin. Bapaknya Tasripin yang sedang bekerja di Kalimantan pun oleh Pemerintah Kabupaten di fasilitasi untuk pulang dan di jemput bak selebritis.
Bagaimana dengan peserta didik Sekolah Kader Desa Brilian yang "menemukan' Tasripin? yang kondisi keluarganya "hanya" sedikit lebih baik dari Tasripin? yang karena sama-sama miskin, memilih sekolah di Kader Desa yang gratis? Ya.... mereka terlupakan.Â
Tak ada yang bertanya siapa mereka? Tak ada orang yang peduli dan membantu mereka... Bisa jadi, karena mereka yang datang membantu hanya tahu Tasripin. Tidak tahu ada puluhan anak-anak yang membantu Tasripin adalah anak-anak yang butuh bantuan dan kepedulian juga,
Yang "asyiiik" di awal-awal viralnya Tasripin, seorang sahabat saya yang berprofesi sebagai Sopir angkutan pedesaan (Koperades) telpon dan memaksa minta ketemu saya.Â
Saya minta bicara di telpon, tidak mau. Pokoknya harus ketemu. Penting sekali, katanya. Ketemunya pun minta di tempat yang sepi. Ada apa, gerangan ? Saya pun dengan senang hati menemuinya. Ada hal penting apakah  Pembaca pasti pengin tahu ya...atau pengin tahu banget?? he he...