Mohon tunggu...
Muhamad Adib
Muhamad Adib Mohon Tunggu... Buruh - Wong Alas

Jadikan masyarakat desa hutan,nafas Pembangunan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita Terbuka untuk "Pak Dhe"

6 Februari 2018   10:36 Diperbarui: 6 Februari 2018   12:31 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.banyumaskab.go.id/

Anak-anak miskin dari desa pinggiran hutan Jawa juga berhak menjadi sarjana...

Ratusan ribu anak-anak desa hutan di Jawa usia 15 -- 21 tahun hanya lulus SMP/MTs sederajat. Mereka tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/SMK/MA. Meskipun sudah ada Program Indonesia Pintar dan Bantuan Siswa Miskin, mereka tetap tidak sekolah. Biaya saat pertama masuk sekolah, biaya transportasi dan berbagai keperluan sekolah lainnya yang cukup besar menjadi alasan mereka tidak sekolah.

Menjadi kuli bangunan di kota-kota besar merupakan pilihan bagi anak-anak laki-laki yang tidak sekolah. Bagi anak perempuan, pilihannya adalah bekerja menjadi Pembantu Rumah Tangga baik di kota besar maupun di luar negeri adalah hal yang biasa dilakukan. Pilihan lainnya adalah menikah. Karena bagi masyarakat desa pinggiran hutan, lulus SMP menikah adalah hal yang biasa.

Pak Dhe....

Mayoritas anak-anak muda di desa sekarang sudah tidak tertarik lagi dengan dunia pertanian. Mereka yang berpendidikan lebih memilih bekerja di kota. Sehingga yang tinggal di desa adalah masyarakat yang berpendidikan rendah yang mengandalkan tenaga dalam mencari penghasilan. Sedih kami Pak Dhe... Bagaimana masa depan desa jika yang pintar memilih tinggal di kota??? Padahal kita pengin membangun negeri ini dari desa, dari pinggiran hutan yang memang serba tertinggal.

Pak Dhe...

Prihatin akan kondisi ini, kami komunitas wong alas Jawa Tengah  yang tergabung dalam paguyuban Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) pada tahun 2010 mendirikan sekolah GRATIS bagi anak-anak miskin dari desa pinggiran hutan di Jawa Tengah dengan mimpi besar "anak-anak miskin dari desa pinggiran hutan belajar mulai dari Paket C setara SMA sampai mereka menjadi SARJANA untuk kemudian mereka kembali ke desa menjadi Kader Penggerak Kebangkitan Desa Hutan" yang kami beri nama SEKOLAH KADER DESA BRILIAN.

Dengan potensi luas hutan Jawa yang lebih dari 2 juta hektar, kami yakin apabila ada anak-anak muda yang berpendidikan, menguasai ketrampilan pedesaan (Integrated forest farming system) dan memiliki jaringan yang luas, maka desa-desa hutan di Jawa akan menjadi penggerak ekonomi nusantara. Sekolah Kader Desa Brilian mendidik anak-anak desa untuk menjadi Manager Kelompok Tani, Manager LMDH juga mampu menjadi Manager BUMDes

Pak Dhe...

Modal kami mendirikan sekolah adalah keyakinan dan semangat, kami bukan kumpulan orang yang kaya harta. Kami memulai dengan "urunan" bahkan sebagian "berhutang" untuk menyewa tempat yang kami jadikan sekolahan sekaligus tempat tinggal bagi anak-anak. Dengan modal Rp. 60 juta, kami mendapatkan tempat yang bisa kami pakai selama 4 (empat) tahun.

Untuk biaya hidup sehari-hari terutama untuk makan anak-anak yang belajar,ada beberapa kawan-kawan wong alas dan rimbawan yang menjadi donator tanpa ikatan. Kepala Sekolah dan guru guru yang mengajar semuanya tanpa imbalan sama sekali. Bahkan para guru juga turut membantu mencarikan dana untuk keberlanjutan pendidikan anak-anak pinggiran hutan.

Pak Dhe....

Baru satu tahun sekolah berjalan, asrama yang kami sewa untuk tempat tidur anak laki-laki ambruk Pak Dhe... terpaksa anak-anak tinggal di gudang. Hamper setahun lamanya. Beruntung pada ahir tahun 2012, PGRI Jawa Tengah memberikan Apresiasi  PGRI Award dan bantuan sebesar Rp. 30 juta.Terima kasih Pak Widadi dan PGRI... Uang tersebut kami gunakan untuk perbaikan asrama

Pak Dhe...

Baru 3 (tiga) bulan anak laki-laki nyaman tidur di asrama, cobaan datang lagi. Kali ini asrama anak-anak perempuan juga AMBRUK berantakan. Terpaksa Aula terbuka yang biasa di pakai untuk belajar di jadikan tempat tidur. 4 (empat) bulan kemudian kami beruntung bisa memperbaiki asrama dengan dana bantuan sebesar Rp. 25 juta dari CSR BRI. Terima kasih Pak Muhamad Ali (saat itu Beliau Kadiv SKP) dan Pak Eko Prasetyo (Manager CSR BRI). Tapi ternyata kebahagiaan itu tak berlangsung lama Pak Dhe...

Pada ahir tahun ke empat kami harus pindah tempat. Kami menyewa 3 (tiga) buah rumah di sebuah desa. Satu rumah untuk tempat tinggal anak laki-laki. Satu rumah untuk tinggal anak-anak perempuan dan satu rumah untuk tempat Guru dan kantor. Kegiatan pembelajaran kami laksanakan di GARASI sebelah kantor dan sempar mendapatkan kunjungan dari Gubernur Jawa Tengah Bapak Ganjar Pranowo.

Pak Dhe...

Seperti gunung yang tampak sangat indah jika di pandang dari kejauhan, tetapi banyak jurang, duri dan semak saat kita datang, kebanyakan orang tidak pernah mau tahu apa yang sesungguhnya ada dan terjadi. Kami hanya bertahan satu tahun di tempat yang baru. Rumah yang kami sewa ternyata tidak bisa di lanjut karena di pakai sama pemiliknya. Kami bingung Pak Dhe... tapi Alhamdulillah, Tuhan memberi kami pertolongan. Melalui kebaikan Pak Eko (manager CSR BRI) kami di fasilitasi pelatihan budidaya dan usaha ikan Sidat.

Kami  bersama 40 peserta didik Sekolah Kader Desa Brilian berlatih di Solo. Kami menyewa lahan seluas 1500 meter di desa Singasari Karanglewas Banyumas untuk usaha budidaya ikan sidat. Kami membuat 12 kolam dan gubug kecil yang akhirnya di pakai sebagai tempat tinggal anak-anak laki-laki. Hanya sebuah gubug kecil pak Dhe... dan kemudian kami beruntung di dekat kolam sidat kurang lebih berjarak 500 meter ada sebuah rumah kosong yang kemudian kami sewa untuk tempat tinggal anak-anak perempuan.

Pak Dhe...

Hamper 2,5 tahun sudah sekolah kader desa Brilian ber "Kampus" di tempat usaha budidaya sidat yang kemudian di kenal masyarakat sebagai "KAMPUNG SIDAT". Alhamdulillah pak Dhe, meski sering tidurnya terbangun karena kehujanan, semangat anak-anak untuk tetap dan terus belajar luarrr biasa. Di pinggir -- pinggir kolam, abak-anak menanam sayur sayuran. Hasilnya buat di makan dan sebagian di jual.

Kesulitan menjual hasil budidaya sidat malah menjadi berkah. Sidat kami olah untuk kuliner Pak Dhe.... Ternyata banyak konsumen yang datang. Bahkan mereka ada yang datang dari luar kota. Banyak juga para pejabat pemerintahan yang menjadi pelanggan kulliner sidat kami.

Sejak membuka kuliner, makan kami jadi teratur dan lebih bergizi pak Dhe... hasil dari kuliner dan jual sayuran kami kumpulkan untuk membayar biaya kuliah (UKT). Belum cukup memang. Tapi setidaknya bisa mengurangi beban. Ohya Pak Dhe... sekarang ada 23 anak-anak Sekolah Kader Desa Brilian yang Kuliah di beberapa Perguruan Tinggi di Purwokerto. Juga ada 2 temen kami yang sudah Wisuda D 3 Peternakan Unsoed Purwokerto. Salah satunya bahkan lulus dengan predikat Cumlaude.

Setiap hari minggu dari jam 7 pagi sampai jam 1 siang, anak-anak membuat Pasar Kulliner Tradisional. Berbagai jajanan dan makanan di jual dengan menggunakan uang koin dari batok kelapa. Sehingga nama pasarnya di beri nama Pasar Batok. Hasil jualan di pasar Batok uangnya kami gunakan untuk biaya transport ke kampus.

Pak Dhe yang selalu Kerja...Kerja dan Kerja...

Meniru pak Dhe, prinsip keseharian kami adalah belajar... belajar... dan belajar. Bagi kami hidup adalah belajar. Dan belajar itu melakukan. Kami belajar dengan cara melakukan. Praktek langsung. Selain belajar akademik, kami memiliki kurikulum sendiri yang kami namakan Standar Kecakapan Peserta Didik (SKPD) ada 33 (tiga puluh tiga) standar yang harus kami kuasai agar kami bisa menjadi Kader Penggerak Kebangkitan Desa.

SKPD yang kami pelajari mulai dari mengurus rumah tangga sampai dengan mengurus desa. Kami belajar tentang bagaimana hidup di desa dengan mengatasi masalah-masalah yang ada dan dengan mengembangkan potensi desa. Salah satu potensi yang ada adalah hutan yang saat ini di kelola oleh Perum Perhutani. Kami berkolaborasi dengan Perhutani Pak Dhe...Kami belajar cara mengurus dan mengelola hutan agar tetap lestari dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat pinggiran hutan.

Kami belajar tentang hutan bersama temen-temen dari Perhutani, Dinas Lingkungan dan Kehutanan. Kami Belajar tentang pertanian bersama para petani dan Dinas Pertanian. Kami juga belajar tentang penyuluhan tapi sayang Pak Dhe... Badan penyuluhan di Kabupaten dan Provinsi sudah dibubarkan.

Pak Dhe...

Agar kegiatan pembelajaran lebih tenang dan menyeneangkan dan agar anak-anak tidak kedinginan karena angin dan hujan, saat ini kami sedang membuat tempat belajar dan sekaligus tempat tinggal dengan perkiraan biaya sebesar Rp. 350 juta. Biaya yang sangat besar bagi kami Pak Dhe... tetapi seperti saat pertama membangun Sekolah Kader Desa Brilian dengan modal gotong royong, urunan,  semangat, kerja keras dan doa akan membuat mimpi itu menjadi nyata....

Kampung Sidat Brilian, 6 Februari 2018

Salam Kebangkitan Desa Hutan Jawa

 

Adib Wong Alas

081 391 618 999

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun