Mohon tunggu...
Muhamad Adib
Muhamad Adib Mohon Tunggu... Buruh - Wong Alas

Jadikan masyarakat desa hutan,nafas Pembangunan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak-Anak Mengajar Anak-Anak

10 September 2014   20:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:05 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat Tasripin ? Bocah cilik dari kampung Pesawahan Desa Gununglurah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas Jawa Tengah yang setahun lalu mengguncang hati kita sebaga warga bangsa dengan perjuangan dan pengorbanannya ? Tasripin keluar dari sekolahnya saat masih duduk di kelas 3 (tiga). Ia keluar karena harus merawat 3 (tiga) adik-adiknya yang masih kecil. Ibunya sudah meninggal dan Ayahnya bekerja di Kalimantan. Kisahnya sampai membuat Presiden SBY mengutus staf khususnya untuk melihat langsung keadaan Tasripin di kampung. Tentunya utusan Presiden juga datang dengan membawa bantuan untuk perbaikan hidup Tasripin dan keluarganya. Sekarang, Tasripin dan adik-adiknya sudah kembali sekolah. Kisah Tasripin yang menghiasi sejumlah media cetak juga wajahnya yang kerapkali hadir di berbagai stasiun Televisi telah mengubah Tasripin dan keluarganya menjadi hidup lebih baik.

Tasripin di temukan pertama kali oleh sekelompok anak-anak yang sedang belajar di Pendidikan Layanan Khusus Menengah Boarding School Mbangun Desa (sebuah lembaga pendidikan gratis untuk anak-anak miskin dari desa sekitar hutan) yang sedang melakukan kegiatan penyusunan profil keluarga di kampung Pesawahan. Kampung tempat tinggalnya Tasripin. Atul dan Feny,keduanya peserta didik kelas X adalah dua anak yang menemukan Tasripin dengan segala problematika hidupnya.

Kondisi Tasripin yang memperihatinkan di tambah dengan beragam persoalan hidup yang melilit kampung Pesawahan dan warganya seperti persoalan,Pendidikan, Kemiskinan, dan keterpencilan kampung di angkat ke media melalui beberapa wartawan local Purwokerto,dengan harapan bisa membuaka mata warga bangsa ini tentang berbagai persoalan yang menyelimuti kehidupan warga desa terutama warga desa yang tinggal di kampung-kampung pinggiran hutan di seluruh Indonesia.

Media memang telah berhasil merubah hidup Tasripin dan keluarganya. Tapi pemberitaan Media yang hanya kepada Tasripin dan adik-adiknya membuat lingkungan tempat tinggal Tasripin tak di ketahui banyak orang. Mereka yang datang ke kampung hanya untuk bertemu dan membantu Tasripin saja. Beruntung orang yang datang termasuk Bupati Banyumas melihat dan merasakan rusaknya jalan menuju kampung Tasripin sehingga pada bulan Oktober tahun 2013 yang lalu Pemerintah Kabupaten Banyumas sudah mengaspal jalan menuju kampung Tasripin. Bagaimana dengan kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya ? tetap tak banyak yang tahu.

Sebelum kisah Tasripin di ekspose oleh Media, anak-anak Pendidikan Layanan Khusus Menengah Boarding School Mbangun Desa Baturaden Banyumas, sudah menginisiasi adanya sekolah tingkat menengah untuk memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak kampung Pesawahan yang mayoritas setelah lulus SD tidak melanjutkan sekolah. Menjadi kebiasaan anak-anak di kampung Tasripin, begitu lulus SD mereka biasanya langsung bekerja keluar kota. Meski hanya sekedar menjadi pembantu rumah tangga atau menjadi kuli di proyek bangunan di berbagai kota terutama Jakarta.

Upaya anak-anak Pendidikan Layanan Khusus Menengah Boarding School Mbangun Desa,sudah dapat terwujud dengan didirikannya sekolah Menengah Pertama yang bernaung di bawah Kementrian Agama dengan nama Madrasah Tsanawiyah (MTs) “PAKIS”. Tahun pertama jumlah peserta didik ada 14 anak. Tempat belajarnya di sebuah gazebo berukuran 4 x 6 meter yang didirikan secara swadaya oleh anak-anak PLK BoardinG School Mbangun Desa di tepi telaga di bawah pohon Pinus pada lahan milik Perum Perhutani. Gurunya ? karena tidak ada tenaga pendidik yang mau menjadi pendidik di MTs PAKIS dengan berbagai alasan ( tempat yang jauh dan terpencil, jalan yang rusak dan terutama tidak ada honor) maka yang menjadi tenaga pendidik adalah anak-anak PLK Boarding School Mbangun Desa juga. Anak-anak yang masih belajar dan berusia remaja yang seharusnya belum saatnya menjadi tenaga pengajar, terpaksa memerankan dirinya menjadi pengajar atau lebih tepatnya “teman belajar”. Mereka mengajar tanpa bekal keahlian bagaimana caranya menjadi tenaga pengajar. Mereka mengajar hanya karena kalau tidak mereka yang mengajar, maka tidak akan pernah ada sekolah di kampung Pesawahan.

Selama satu tahun pertama pada tahun pelajaran 2013 – 2014, setiap hari 4 (empat) anak Boarding Schoool Mbangun Desa berangkat dari Baturaden menuju kampung Pesawahan yang jaraknya kurang lebih 25 km. Dengan dua buah sepeda motor gadai dan bensin yang di dapat dengan cara iuran, mereka berangkat dari Baturaden pada pukul 06.00 Wib dan pulang pukul 15.00 Wib.

Sekarang sudah memasuki tahun kedua MTs PAKIS berjalan. Alhamdulillah sudah ada 3 (tiga) ruang gedung permanen yang di bangun dari bantuan Kementrian Agama. Anak-anak kampung Pesawahan sudah merasakan sekolah di tempat yang layak di sebut sekolahan. Tidak seperti tahun pertama yang tempat pembelajarannnya sering di ejek oleh anak-anak seperti “kandang kambing”.

Gurunya ? Masih sama seperti tahun pertama. Anak-anak PLK Menengah Boarding School Mbangun Desa lah yang tetap setia menemani anak-anak kampung Pesawahan belajar. Agar pembelajaran lebih efektif dan menghemat biaya transport sejak tahun pelajaran kedua ini, anak-anak yang menjadi tenaga pengajar di kampung Pesawahan sudah bertempat tinggal di Pesawahan. Menempati gedung sekolah sebagai tempat mereka tinggal. Mereka belajar sambil belajar mengajar. Mereka tinggal di kampung sambil membiasakan diri menjadi warga kampung. Mereka menafkahi diri mereka sendiri. Mereka membiayai sekolah yang mereka dirikan. Namun, mereka tetap semangat menjalani profesi ganda sebagai peserta didik di Pendidikan Layanan Khusus Menengah Boarding School Mabngun Desa dan sebagai tenaga Pendidik di MTs.PAKIS yang mereka dirikan dengan semangat juang “semua anak-anak di desa harus sekolah”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun