Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teh Hangat dan Ironi Hunian Layak Huni

10 Agustus 2023   18:51 Diperbarui: 10 Agustus 2023   18:53 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teh Hangat dan Ironi Hunian Layak Huni

Catatan Yudha Adi Putra

"Di sini, setiap suasana menjadi berbeda. Bentuk dan kesempatannya memberikan kesempatan. Makin terpuruk ketika tidak memperhatikan apa yang dibaca. Bacaan itu menentukan keberhasilan menghadapi ruangan. Namun, kalau tempat ini tidak segera dilalui. Tentu akan menimbulkan permasalahan lain. Tempat itu harus segera dibangun dengan banyak kesempatan," ujar Furkhon.

Ujian skripsi memang menjadi kesempatan tersendiri. Setelah banyak hal terjadi. Dinamika perkuliahan dilalui. Menempuh banyak tugas dan hambatan. Tapi ketika sudah mendapatkan jadwal untuk ujian. Itu akan menjadi daya ubah dalam hidup. Bisa juga, setiap kesempatan menjadi kesenangan tersendiri. Tempat untuk ujian skripsi memang tidak luas. Namun, tempat itu cukup untuk memberikan kesempatan dalam belajar. Menemukan makna dalam hidup yang diperjuangkan dalam penulisan skripsi.

"Ini menjadi hasil permenungan saja. Tidak hanya berurusan dengan apa yang dipelajari sebagai ilmu. Tapi, setiap kesempatan memberikan ruang dialog yang menyenangkan. Tidak semua kesempatan datang dengan cepat. Boleh jadi, apa yang dilalui bisa memunculkan pertanyaan. Namun, tetap saja akan terjadi juga. Perlahan, setiap doa dan harapan diwujudkan dalam ujian. Hari ini peristiwa itu begitu nampak. Jelas menjadi ruang dialog dan perjalanan hidup. Memang, tidak mudah dalam mengerjakan. Tapi, itu bebas menjadi harapan yang indah. Boleh jadi, setiap doa dan harapan itu akan menjadi tindakan cepat guna," lanjut Jarwo.

Suara telur digoreng menjadi sapaan pagi. Tak banyak dimengerti akan apa yang bisa dilalui. Hari demi hari membaca skripsi. Menemukan kesalahan demi kesalahan yang tampak fatal. Bisa juga, setiap dinamika dalam penulisan itu muncul pada halaman demi halaman. Kalau tidak selesai, tentu pemeriksaan bisa menjadi harapan dan hambatan yang nyata. Penandaan dan hidup yang menyebalkan bisa saja muncul.

"Mungkin itu semua karena kita manusia yang berdosa. Dosa itu bisa menjadi kenyataan yang tidak menyenangkan. Itu menjadi pembatas dalam merencanakan banyak hal. Tiap tindakan boleh berdasarkan pengalaman saja. Namun, setiap tindakan yang memunculkan pilihan akan berdampak lain lagi. Hidup bukan tentang apa yang dilakukan juga. Bisa saja tentang dambaan yang menyenangkan," lanjut Handoko.

Hari demi hari berganti. Doa menjadi perjalanan tentang burung pleci. Kicauannya menyenangkan. Membawa doa dan harapan akan masa mendatang. Burung pleci memang kecil. Banyak sorot mata yang lama tak mendapatkan kesempatan. Boleh jadi, setiap tindakan akan muncul sebagaimana dilakukan. Hari dengan burung pleci menjadi doa yang menghapuskan dosa. Dosa bisa menjadi ampunan jika dimulai dengan kerendahan hati. Ada kesempatan muncul untuk terus melangkah. Tidak masalah. Kemudian setiap sapaan perlu dituliskan. Ia menjadi kesempatan sekaligus kesepakatan dalam hidup.

"Pesta demi pesta bisa saja terjadi. Untuk harapan yang dimunculkan pada gerakan demi gerakan. Kesempatan melihat sidang skripsi Mulia memberikan kesempatan yang baru. Boleh jadi, itu tetap muncul sebagai cerita yang akan terkenang dengan mudah. Hidup memang tidak hanya tentang skripsi saja. Harapan menjadi bagian dari refleksi yang menentramkan. Boleh jadi, setiap tulisan memberikan kesan tentang perjumpaan. Ada kegelisahan dalam hidup yang tidak menentramkan. Boleh jadi, setiap arah dan tindakan itu mengikuti pola dan pesanan. Boleh dipesan dengan penuh harapan untuk terus melangkah. Warna akan berbeda ketika tidak dibiarkan mendapatkan sapaan dalam hidup. Jarak dan waktu menjadi begitu singkat. Kesempatan mengikuti sidang ini amat berharga dalam perjalanan hidup," ujar Handoko.

Tak banyak waktu untuk mencatat. Perlu kesempatan dan teknis baru dalam menulis. Kata dibiarkan menari dalam hidup. Cara untuk tetap berjalan dengan kesempatan yang hidup adalah dengan memperhatikan kepentingan. Sebuah diskusi itu menjadi doa dan harapan akan masa depan. Menulis secara perlahan, menemukan ruang untuk tetap berdampak dalam menjalani hidup. Bisa jadi, setiap doa dan harapan dalam tulisan itu menjadi kenyataan. Dalam satu kalimat, keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat master memberikan peluang.

"Itu pasti dapat dicapai dengan setiap doa yang menentramkan. Bisa jadi, setiap doa dan harapan itu hanya sebuah tulisan. Tapi tulisan yang menjadi nyata. Selanjutnya, tentang doa menjadi penulis dan pemelihara burung," ujar Yudha.

Godean, 10 Agustus 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun