Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pencuri Burung Pleci

27 Juli 2023   10:06 Diperbarui: 27 Juli 2023   10:09 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pencuri Burung Pleci

Cerpen Yudha Adi Putra

Pagi terasa dingin, Udin baru saja bangun tidur. Bukan karena ingin bangun, tapi ia mendengar kicauan burung pleci. Suara kicauan itu membuat Udin bersemangat memulai hari. Ia lipat selimut dan beranjak keluar kamar. Membawa sangkar kecil miliknya. Sangkar yang di dalamnya ada burung pleci kesayangan Udin, bahkan sampai diberi nama Sigit.

"Sigit, ini sudah sian ternyata. Saatnya dirimu untuk mandi, lalu nanti aku kasih makan dan berkicaulah sesuka hatimu," ujar Udin sambil merasa dingin.

"Pagi ini ini cukup dingin ya, Mas. Semalam juga dingin, tapi kenapa tidak kunjung datang hujan ya. Bukankah setiap pagi yang dingin itu pertanda musim hujan sudah dekat?" tanya tetangga Udin.

"Bukan begitu, kalau sudah mulai dingin itu biasanya mau memasuki musim kemarau. Rasanya kering saja, tidak nyaman untuk berbuat apa-apa. Selain berada di kamar dan menulis," sahut Udin.

Tak lama kemudian, datang orang berbaju rapi mendatangi Udin dan tetangganya yang asyik merawat burung. Mereka tidak mengerti, apa yang membuat orang itu datang sepagi ini. Mungkin, orang yang bertanya alamat, begitu pikir Udin.

"Permisi, Mas. Saya mau mengirimkan surat untuk Pak Udin, apakah ada di sini ya?" tanya lelaki dengan baju rapi itu. Dari penampilannya, orang itu seperti penagih utang dari bank. Namun, Udin tidak mengerti, kapan terakhir kali dia mengutang di bank.

"Iya, saya sendiri. Ada apa ya Mas?" tanya Udin.

Lelaki itu kemudian menjelaskan mengenai surat tagihan utang itu. Dalam waktu sebulan, kalau utang tidak dilunasi bisa saja rumah Udin menjadi jaminan bank. Kabar itu membuat Udin panik, burungnya lupa diberi makan.

"Bagaimana ini, aku tidak punya uang sebanyak ini untuk membayar utang. Lagi pula, itu sudah terjadi lama, ketika dulu aku masih menjadi pengusaha. Begitu usahaku bangkrut, ya sudah. Aku hanya menjadi pemelihara burung saja," ujar Udin pada tetangganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun