Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teh yang Turun di atas Meja

14 Juli 2023   18:30 Diperbarui: 14 Juli 2023   18:32 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Timeo tidak patah semangat. Ucapan sahabatnya itu menjadi momen di mana Timeo terus membagikan tehnya secara gratis.

Berita tentang kenikmatan teh ajaib Timeo menyebar ke seluruh desa. Orang-orang datang dari jauh untuk mencicipi teh spesial ini. Ketika mereka minum teh tersebut, mereka merasakan keajaiban. Beberapa orang merasa energi dan semangat mereka meningkat, sementara yang lain merasakan ketenangan dan ketentraman yang tak terlukiskan.

"Tidak aku sangka. Semua kecemasanku mendadak menjadi hilang. Teh ini benar-benar lain. Aku ingin menanamnya di dekat rumahku," ujar lelaki tua mendekati Timeo setelah minum tehnya.

Timeo memutuskan untuk membagikan daun teh ajaibnya kepada semua yang datang ke angkringan, terkhusu untuk penduduk desa. Setiap orang mendapat bibit teh untuk mereka tanam di halaman mereka masing-masing. Kebun-kebun teh mulai bermunculan di seluruh desa, dan seiring waktu, desa itu menjadi terkenal sebagai penghasil teh terbaik di wilayah tersebut.

"Kita sebenarnya bisa menjualnya. Dapat untung banyak nanti," kata tetangga Timeo menyarankan.

"Tidak usah. Teh ini aku dapat dengan gratis. Setiap orang boleh merasakan teh dengan nikmat," ujar Timeo.

Hari terus berganti. Semakin banyak orang berdatangan ke rumah Timeo.

Desa yang tadinya tenang menjadi ramai dengan aktivitas. Orang-orang dari berbagai daerah datang untuk meminta teh ajaib tersebut.

"Teh ini tidak dijual?" tanya seorang yang mengaku dari pulau lain.

"Benar" ucap Timeo yakin.

"Tapi, di perbatasan desa teh ini menjadi dijual, bahkan cukup mahal harganya. Kalau dijual saja bagaimana?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun