Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinderela dan Burung Pleci

11 Juli 2023   20:11 Diperbarui: 11 Juli 2023   20:15 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kesempatan perlu diberikan pada setiap langkah selanjutnya. Tidak perlu merasakan kehilangan. Kemampuan untuk menentukan pilihan itu bisa dilatih. Burung pleci bermain dengan pisang. Mencoba mematuk perlahan. Tapi, pisang itu tidak kunjung bisa dimakan. Burung pleci tidak menyerah. Ini soal kesempatan dan kemampuan. Aku tidak bisa mengulangnya dua kali. Jadi, setiap patukan harus memberikan semangat."

Tulisan itu dilihat Kimy. Ada pemuda membawa burung pleci. Mendekatinya dan meminta keputusan tentang warna. Hanya ada senyuman yang diberikan oleh Kimy. Pemuda tadi pergi. Menyadari hadirnya memang tidak berarti.

Kimy merasakan cemas hidup sendiri. Kalau bergantung pada orang lain. Ia teringat kembali tentang burung yang merajut sayapnya sendiri.

Penampilan menjadi penting bagi Kimy. Setelah melihat banyak hal tentang pakaian. Kimy berani melanjutkan hari. Perasaannya membaik. Nantikan banyak impian lagi dilanjutkan oleh Kimy.

"Bukan seperti Cinderela. Itu berlebihan, kalau saja bisa dibantu dengan kepedulian. Tentu setiap rasa sepi menjadi tidak berarti," ujar Kimy sambil menatap burung pleci.

Berawal dari burung pleci itu, Kimy merasa yakin tentang langkah selanjutnya. Tidak hanya bantuan orang lain. Ia butuh kaki sendiri. Burung pleci saja berusaha merangkai sayap sendiri. Bisa berdampak dengan terbang dan berkicau. Tapi, ada hal penting yang perlu diperjuangkan. Bukan tentang sayap saja. Tapi, apa yang dilakukan menjadi keberuntungan.

"Ini akan menjadi perjalanan panjang tentang kenangan. Kimy akan menulis setiap penerimaan dalam hidup. Bisa saja, setiap hal menjadi menyakitkan. Tapi, itu akan menjadi proses yang membentuk dengan indah," ujar kawan Kimy. Tak mau nasihat itu berlalu begitu saja. Kimy mencatatnya. Mencoba menukar setiap rasa penasaran dengan doa. Entah, doa itu menjadi kebiasaan baik atau hanya menjadi rutinitas karena kering.

"Cinderela memang kompleks. Dia selalu menanti datangnya pangeran penolong. Tapi, kicau burung pleci lebih membebaskan. Bisa membawa daya ubah," ujar Kimy. Itu terjadi setelah ia melewati hari. Memang, refleksi bisa berganti seiring waktu mengalami.

Godean, 11 Juli 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun