Brown Canyon Semarang dan Semangat Pertambangan
Yudha Adi Putra
Brown Canyon : Mutiara Tersembunyi di Semarang
Apa yang diharapkan dari sisa tempat pertambangan ? Tanah berlubang ? Pencemaran lingkungan ? atau pendek kata, kerusakan ekosistem ? Semua itu tidak ada di Brown Canyon. Justru malah ada keindahan tebih berhiaskan pertumbuhan alam seperti di Arizona. Memang, tempatnya hanya di Meteseh, Tembalang, Semarang. Tapi, ibarat kata sudah memiliki kemiripan dengan di Arizona, Amerika Serikat. Tempatnya instagramable dan masih belum banyak dikunjungi orang. Sebagai wisata alam, Brown Canyon bercerita banyak tentang dirinya. Bentuk dan nuasa pertambangan lawas menunjukkan semangat pertambangan di masa lampau. Dahulu, selama satu dekade lebih, Brown Canyo menjadi tempat sumber daya alam dimanfaatkan.
Akses menuju lokasi cukup mudah. Berada di Rowosari, Tembalang, Semarang tentu dapat terjangkau dari pusat kota. Bisa memakai transportasi umum atau kendaraan pribadi. Bisa melalui jalur Pasar Meteseh area Tembalang, Kedungmudu, bisa juga melalui RSUD Klipang. Kalau dari kota Semarang, dapat melalui arah Perum Klipang dan memilih jalur jembatan besi. Setelah melalui jembatan besi, bisa belok kanan dan langsung disuguhi keindahan tebing tinggi dari Brown Canyon. Kalau dari arah Simpang Lima, bisa menuju Mrican, Kedungmundu, kemudian melalui Pasar Mateseh dan memilih untuk belok ke kiri. Brown Canyon sendiri terbuka bagi seluruh wisatawan, baik domestik maupun internasional.
Kemampuan Brown Canyon sebagai tempat wisata dapat dilihat dari fenomena pertambangan dan lingkungan hidup. Ada peristiwa pertambangan di masa lalu dan kini menjadi tempat di mana pengelolaan serta perencanaan itu dilakukan. Ada cerita di sana. Sehingga, nuasa wisata alam menjadi hidup dan membawa dampak. Ketika memperhatikan kebutuhan dan mewujudkan impian sebagai tempat wisata. Tidak perlu berlelah terlebih dahulu. Bisa menjadi semangat dalam berbagai kisah yang dimunculkan di Brown Canyon. Terlebih di dalam wisata alam perlu adanya warisan leluhur. Itu poin penting sebagai penguat potensi. Maraknya tempat wisata dadakan memang memiliki potensi lokal. Tapi, di sisi lain menjadi problematis ketika tanpa cerita unggulan. Namun, Brown Canyon ini lain karena dalam wisata alam terdapat juga bukti sejarah pertambangan. Ada kisah tentang Brown Canyon yang jarang diketahui orang. Tentu, tentang perjuangan.
Brown Canyon : Penjual Pasir Terakhir
Cerita Jarwo dalam pertambangan Brown Canyon. Semula berawal dari hiburan. Hiburan memang diperlukan ketika mengalami masa tegang. Tapi, berlebihan juga tidak baik. Menghibur diri dilakukan oleh Jarwo. Menikmati perjalanan jauh untuk mencari nasi bakar. Itu melegakan. Berjumpa dengan pencari makan lain. Bahkan, bisa saja itu menjadi momen bertemu kawan lama.
"Mau ke mana Jar, tumben sudah berangkat sepagi ini," ujar Alang, salah satu teman Jarwo ketika SMK. Alang bersama istrinya membeli kue. Menikmati pagi dengan perjalanan. Lalu, setiap sapaan menjadi menyenangkan.
"Mungkin temanku sudah berbahagia. Pertanyaan mau ke mana saja terasa berat untuk dijawab. Entah, apa yang sebenarnya terjadi di dalam diriku. Tidak mudah untuk menerima keadaan," ujar Jarwo dalam hati.
Sapaan Alang hanya dibalas dengan senyuman. Perjalanan berlanjut sambil menatap anak kecil membawa pasir. Pasir itu diperolehnya dari Brown Canyon. Menawarkan pada penjual di toko kelontong. Tampak lusuh karena belum makan.
"Pasir, Pak. Ini pasir pilihan. Untuk kami makan, sudah lama kami tak merasakan enaknya nasi. Hanya debu jalanan yang menghampiri kala pagi," ujar anak kecil itu. Seolah sudah fasih merangkai kata. Berkata, kalau dirinya juga berusaha bekerja di pertambangan. Tapi, gagal jadi masih belajar di dekatnya dulu.
 Jarwo di seberang jalan hanya tersenyum. Sudah banyak orang membuat penderitaan. Menjualnya secara perlahan untuk terus berjalan melanjutkan hidup. Bisa saja itu menjadi merugikan. Tapi, tetap saja mereka menjadi lebih kaya dari biasanya.
"Untuk beberapa sapaan yang menjadi menyakitkan mungkin bisa menjadi kicau burung saja. Itu lebih menentramkan dari pada berbicara tentang capaian," ujar Jarwo menatap burung pleci berkicau merdu.
Bantuan demi bantuan tak kunjung datang. Itu membuat Jarwo kian menikmati setiap sapaan dan senyuman. Tidak hanya pada waktu istirahat saja. Ada kesibukkan lain dengan kepentingan beragam.
"Perlahan, setiap doa akan menjadi kenyataan. Bersama harapan dan senyuman bermunculan. Pada saat tertentu, itu perlu dinyatakan dalam tindakan," ujar Jarwo.
Kelulusan kuliah menjadi dambaannya, bukan tentang kemenangan saja. Penjual pasir yang merupakan anak kecil bisa melanjutkan kehidupan. Itu menjadi pemberitan semangat bagi Jarwo. Tapi, berujung pada setiap kehidupan nantinya akan seperti apa. Ada doa baik bagi harapan yang tertunda. Untuk beberapa catatan. Kini, tempat ini akan didatangi orang dengan menyebutkan "Brown Canyon".
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Pesona Wisata Kabupaten Semarang
#pesonakabupatensem
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H