Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jalan Banteng Utama dan Damai Timur

8 Juli 2023   19:18 Diperbarui: 8 Juli 2023   19:31 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan Banteng Utama dan Damai Timur

Cerpen Yudha Adi Putra

Perjalanan memang dimulai dari pagi. Waktu terasa cepat. Bersama dengan mendung. Ada banyak pilihan kegiatan. Misalnya saja, Jarwo bisa melanjutkan tidur. Belum sempat terasa bosan. Semangat dikumpulkan. Semacam nanti akan dalam perjalanan jauh.

"Genteng kaca bermanfaat juga. Menarik bisa melihat malam dengan kaca. Tidak selalu membawa wacana. Tapi, kesempatan untuk melihat realita. Waktu bisa menampar dengan teramat bijaksana. Pilihan harus dijalani, mungkin saja ini menjadi momen untuk terus melangkah lagi," ujar Jarwo.

Dalam pagi, Jarwo menulis beberapa catatan. Tentang impian untuk melanjutkan studi. Untuk usaha yang mulai terasa rugi dan pilihan untuk berdampak. Kalau tidak sempat, kicau burung memang menemani. Tapi, itu tidak menjadi kawan pagi yang sejati.

"Burung memilih sembunyi. Mereka kedinginan, banyak kepentingan menjadi terlupakan. Kalau tidak ditolong, bisa jadi sakit hati," ujar Jarwo membuka selimut burung. Diperoleh burung sedang tidur. Kalau tidak tidur, pasti itu menjadi pertanda burung sakit," jelas Jarwo.

Untuk menjalani pagi, Jarwo perlu sarapan. Bukan soal kepentingan saja. Tapi, membawa dampak pada pilihan. Tidak bisa memperjuangkan harapan dengan pertemuan. Menulis dengan jarak dan rasa tenang. Itu menjadi impian jauh. Tapi, makan bubur dengan embun pagi. Itu cukup mengobati luka semalam.

"Tidak berdampak pada pilihan hidup. Nanti, semacam pelayanan untuk terus dilanjutkan. Pada botol minuman, dipersiapkan semacam kepentingan. Itu akan diminum dalam waktu yang tidak sebentar. Belum sempat menuliskan kisah selanjutnya, ambisi bisa hilang dengan cepat. Itu kelemahan tersendiri dalam menuliskan," ujar Jarwo pada catatannya.

Mungkin, itu hanya berupa buku kecil warna biru. Buku penuh impian yang harus didatangi. Tidak sempat membawa dampak dalam hidup. Tapi, setiap pilihan akan membawa perjuangan untuk maju. Bisa jadi, ada kesempatan untuk membawa kepentingan.

"Bukan tentang menawarkan tempe. Tapi, memberikan kesempatan untuk hidup dalam perjalanan panjang. Bisa seperti sepiring tempe, tidak ada yang tahu. Minum dan kesempatan akan berdampingan dengan perjuangan," ujar Jarwo mulai menyalakan motornya.

Motor melaju dengan menatap banyak penjuru. Lampu dinyalakan, ada burung kenari berterbangan. Bisa jadi, setiap perjuangan memiliki hidup untuk dinantikan. Dalam perjalanan, Jarwo beserta motornya memilih jalan sunyi. Jalan dengan rute selokan mataram. Sebuah selokan yang menyimpan perjuangan.

"Aku teringat akan tulisan. Di mana setiap pertemuan membawa perubahan. Ada dampak dinantikan, belum sepenuhnya memunculkan pertanyaan. Bisa jadi, setiap kegagalan itu membawa respon untuk terus berjuang. Ada gereja kecil, mungkin boleh jika aku berteduh," ujar Jarwo.

Pertanyaan itu menjadi tindakan. Jarwo memilih berteduh di sebuah gereja. Kelak, gereja ini akan membawa daya ubah bagi kehidupannya. Berjuang dengan harapan setiap doa. Di mana, pohon kecil ditanam. Itu tumbuh tanpa dendam. Menyerap setiap edaran dan perjuangan.

"Kemudian, ini momen untuk merencanakan. Setiap tindakan akan membawa dampak pada perubahan hidup. Belum sepenuhnya dapat diterima, bisa jadi menopang perjalanan hidup sebagai kebingungan," ujar Jarwo.

Jalan damai dijalani, bukan hanya tentang kedamaian. Tapi, setiap belokan jalan membawa pertanyaan. Tentang arah hidup yang kian tidak jelas. Bisa jadi, dalam perjalanan itu ada impian didoakan.

"Membuat doa akan membawa harapan dan perjuangan. Bisa jadi kembali, untuk ke sekian kali. Ada pengulangan. Ulang akan hidup penuh dengan ketakutan, bukan pada harapan yang nyata. Bisa jadi, itu tetap saja bisa jadi. Membosankan sekali," ujar Jarwo.

Jalan damai timur dan banteng utama menjadi cerita. Kalau saja, dirinya masih kecil dan jarang membaca. Tidak cukup hanya memegang harapan saja. Bisa dilakukan dengan diam. Memunculkan setiap penjualan hidup.

"Kucing timeo akan segera mendapatkan makanan. Pasang surut dalam perjuangan itu akan memberikan energi untuk melakukan evaluasi," tulis Jarwo dalam jeda menuju jalan pulang.

Tidak semua menjadi cerita indah dan jelas. Bisa jadi, itu hanya kepentingan kata dan penyesalan saja. Ada relasi kuasa dalam bahasa. Bisa saja, dampaknya tercapai luar biasa. Lama waktu berjalan, utama dan damai tidak kunjung ditemukan. Hanya pada burung, bukan kenyataan.

Godean, 08 Juli 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun