Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sawo Kembar

3 Juli 2023   08:46 Diperbarui: 3 Juli 2023   08:49 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sawo Kembar

Catatan Yudha Adi Putra

Cuaca kian panas, apalagi hanya satu pohon di depan rumah Jarwo. Pohon sawo menemani rumah Jarwo. Belum berumur tua. Tapi, batangnya sudah tampak menghitam. Santi, istrinya sudah berulang kali menghendaki supaya pohon sawo itu ditebang saja. Ganti dengan pohon lain. Kalau bisa, pohon yang bisa menghasilkan buah dan menghalangi panas matahari. Sepintas Jarwo setuju, tapi kenangan dengan pohon sawo tak bisa tergantikan.

"Sudah bertahun-tahun berjalan. Hal baik terus berdatangan. Doa baik memberikan banyak manfaat,"

Jarwo mengambil es di kulkas. Menghentikan aktivitas menulisnya, lalu tersenyum di depan rumah sambil menatap jam. Tepat pukul satu siang. Pikiran Jarwo melayang pada pohon sawo. Menatap pohon sawo dengan hati-hati. Ada burung tinggal di sana. Membuat sarang dan berkicau setiap pagi.

"Sayang kalau nanti ditebang. Burung itu jadi tidak punya rumah,"

Lalu, Jarwo masuk ke rumah. Perutnya merasakan lapar dan mencoba mencari sesuatu untuk dimakan. Santi sudah pergi sejak pagi. Hanya Jarwo yang di rumah sendirian. Sebagai penulis lepas, Jarwo banyak menghabiskan waktu sendirian. Untuk mengamati dan membuat kerangka cerita.

"Kenapa kamu tidak menulis tentang pohon sawo kesayanganmu itu? Sudah tahu tidak banyak membantu. Masih saja tidak mau ditebang. Kalau saja ada pohon lain, pasti tidak akan terlalu panas. Lalu, dirimu bisa menulis dengan nyaman di rumah,"

Jarwo bimbang mendengar perkataan istrinya. Pikirannya terbayang tentang sawo. Ada kekhawatiran dia tak bisa kembali ke tempat bernama sawo lagi. Ada sawo kembar. Sebuah gereja tua peninggalan Belanda. Gereja yang pernah dikunjungi Jarwo. Jarwo juga masih ingin menulis tentang gereja itu. Lalu, ada lapangan sawo. Lapangan penuh dengan pohon sawo di sekelilingnya. Tapi, menurut berita yang didengar Jarwo. Semua pohon sawo di lapangan sawo sudah tidak ada. Hanya menyisakan nama saja, lapangan sawo.

Tapi, keluhan demi keluhan membuat istrinya tidak betah. Bahkan, kalau tidak tahu dan tidak bisa menebang sendiri pohon sawonya. Santi mau membantu, tentu dengan memanggilkan tukang potong pohon. Banyak orang bisa dimintai bantuan untuk memotong pohon sawo di halaman rumah Jarwo itu.

"Apa salahnya mulai menanam pohon lagi ? Jadi di rumah tidak hanya ada satu pohon sawo saja. Tapi, ada beberapa pohon. Selain membuat sejuk. Nanti, pasti banyak burung berdatangan untuk membuat sangkar. Jadi, burung tidak perlu dikurung seperti kalau kamu memelihara burung itu,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun