Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ya Allahku Mengapa Kau Tinggalkanku

28 Juni 2023   19:59 Diperbarui: 28 Juni 2023   20:02 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ya Allahku Mengapa Kau Tinggalkanku ?

Tulisan Yudha Adi Putra

Langit saja bisa berubah, apalagi manusia. Kalimat itu terus berulang sebagai sapaan di telinga Rudi. Setelah kekecewaan karena kehilangan. Kini, banyak kawan mulai meninggalkan dirinya. Kesepian perlahan menjadi teman. Tanpa sapaan, setiap sudut rumahnya mulai menyimpan tempat untuk menangis. Bukan hanya ditemani teh manis, tapi dengan kesedihan yang tidak pernah habis.

"Kawanku membawa kabar sukacita masing-masing. Aku berjalan dalam lorong sunyi. Memungguti perlahan setiap pencapaian. Merekam jejak harapan tanpa henti," ujar Rudi.

Prak !!

Suara pukulan terdengar. Kini, pintu rumahnya pecah. Ada serangan berdatangan. Serangan pemburu yang salah menepi. Menawar harga kayu dengan cukup murah. Bercerita dengan Rudi memang membawa penyesalan. Tiap malam, ada saja hal untuk dipikirkan.

Malam berlalu dengan perasaan cemas. Esok tidak dimengerti lagi. Kini, hanya perlu diyakinkan bahwa tiap langkah tidak dihadapi dengan sendiri. Ada pilihan untuk terus melangkah. Menepi dari setiap pencapaian fana. Bisa saja, itu memutuskan perjalanan hidup.

"Kita tidak pernah mengendalikan perasaan orang lain. Iri hati itu bisa saja berdampak dalam hidup. Membuat setiap pertemuan menjadi percakapan sombong. Sakit hati dan kesepian atas campuran pencapaian harus dihentikan, perlahan saja. Tenang dan menghindar," ujar Rudi yang mulai kesal.

Pemburu memang selalu berburu. Tanpa tahu ekosistem yang mulai terganggu.

Permintaan maaf muncul lagi. Berulang seperti sapaan. Sudah tanpa arti. Pencapaian akan hidup menjadi perjalanan yang ditandai. Tidak semua akan senang. Bisa saja, ada hal yang perlu untuk dihindari. Tetap untuk terus berjalan.

"Sudah sampai mana hidup ? Tiap perjalanan memang menawarkan tumpangan untuk terus menuju tempat yang diinginkan. Bukan tentang tempat saja, tapi penempatan akan rasa," ujar Rudi.

Ketika melihat perjuangan setiap orang, ada saja yang berbeda. Iri hati bisa muncul dari mana saja. Bukan karena tidak senang dengan keberhasilan orang lain. Tapi, tetap saja ada suara untuk menjatuhkan. Membuat diri tidak tenang. Menikmati pilihan demi pilihan hidup.

Semacam puisi, ditinggalkan dan meninggalkan akan tetap bertambah. Dalam setiap perjumpaan, muncul jarak yang diperhatikan. Bukan untuk dinikmati, tapi jarak adalah bentuk pertanyaan.

Entah, capaian seperti apalagi yang bermunculan. Bentuk perjuangan bisa saja beragam. Tidak berelasi dengan orang yang menyakiti menjadi pilihan. Bentuk hafalan dalam menghadapi kenyataan. Ada kicauan lantang dan menyenangkan. Mungkin, setiap malam ada doa dan harapan yang dinyatakan. Harapan saja tidak cukup jika tanpa tindakan.

Capaian terus dimunculan, membuat orang kesal menatapnya. Tidak hanya pada ucapan syukur, tapi pada kehilangan terus menerus. Kisah bisa saja berubah. Meneruskan setiap perasaan akan rindu dan susah.

Gereja bukan menjadi ruang aman untuk setiap percakapan. Hanya berujar pada kerinduan saja. Bisa berdampak pada kesepian tanpa ujung. Kebebasan memang baik, tapi jarak antara kebebasan menyebabkan kesepian. Kini, setiap percakapan membawa kerinduan untuk diceritakan. Ada saja harapan yang tidak menjadi kenyataan. Bentuk dari pencarian itu adalah kehidupan.

Kini, perjalanan akan hidup terus membuat tulisan. Bukan tentang membaca saja. Namun, keinginan dan kepentingan terus berjalinan. Tidak berhenti membentuk duka. Kemudian, setiap capaian yang dimunculkan oleh Rudi hanya untuk membuat perasaan nyaman. Nyaman memang menjadi tujuan hidup.

"Belum sempat menikmati waktu jeda. Ada saja pengejaran dari setiap capaian. Seolah, hidup itu terus memunculkan dalam berbagai capaian. Kalau tidak sempat, itu menjadi ketinggalan. Tinggal landas tentang harapan muncul saja," ujar Rudi.

Kini, tiap persiapan adalah untuk kemenangan. Kiprah dan harapan terus dikerjakan menjadi jelmaan akan kerinduan. Gurih terasa nikmat, hanya dengan beberapa perjuangan. Bentuk dan hidup akan tetap berjalan secara ringan.

"Pertarungan akan hidup menjadi nilai yang terus dihidupi. Bukan hanya untuk menang, tapi memang untuk menjadi peninggalan. Hanya tentang jumlah kata saja, sama dengan kerinduan yang dimunculkan," ujar Rudi dalam persiapan tentang kisah Romo Mangun.

Tiap perjuangan, tentu akan membawa dampak nyata dalam perjalanan hidup. Ada saja persiapan untuk terus berkarya dalam wujud tulisan. Terima kasih, semoga menjadi juara dalam kemenangan.

Godean, 28 Juni 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun