Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kabar Sejuk

20 Juni 2023   07:36 Diperbarui: 20 Juni 2023   07:36 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabar Sejuk

Cerita Tentang Kabar Sukacita

Setiap cerita dan perjuangan akan bermunculan hari demi hari. Ada hal yang menyakitkan sekaligus menyedihkan. Tidak ada harapan bermunculan ketika pagi. Belum sempat menjadi arti dan makna.

"Pagi ini harus mencari obat. Kalau tidak berangkat sekolah dulu bagaimana?" ujar Joko pada anak nomor dua, bernama Timeo. Waktu memang masih pagi. Remang cahaya matahari mulai nampak. Pilihan untuk tidur kembali sangat bermunculan.

"Tapi, nanti hari pilihan untuk upacara. Setiap orang bisa mengumpulan banyak harapan untuk berdatangan. Belum juga tentang pertemuan dengan kawan," ujar Timeo yang ingin sekolah. Sekolah menjadi pertemuan yang membosankan. Tidak ada pilihan lain. Untuk diam dalam arti yang sesungguhnya akan membebaskan dari banyak masalah.

Keributan bisa bermunculan waktu pagi, Jarwo masih saja asyik dengan burungnya. Menata harapan demi harapan bermunculan. Tidak ada keresahan. Ada orang datang diberi. Lalu, mereka dibiarkan pergi.

"Aku akan segera datang. Membeli obat yang diinginkan itu. Perjalanan jauh akan kutempuh perlahan. Semua dilakukan sambil menulis puisi," ujar Jarwo menata harapan keluarganya. Pagi bisa saja diberi kesempatan untuk hidup.

"Belum tahu saja tentang apa yang harus ditempuh. Itu menjadi jarak cukup panjang sebagai sebuah perjalanan," ujar Handoko.

Kawan Jarwo sejak kecil itu siap menemani kapan saja. Mencari obat dan harapan. Perlahan, ketika Handoko pergi. Jarwo merasakan kehilangan. Ada kesempatan dan prasangka yang beragam. Tidak bisa dimengerti dan diperjuangkan. Untuk memberitahukan sebagai kabar sukacita saja ada keberagaman.

"Perlahan. Apa saja dilakukan untuk mendapatkan kesempatan berjumpa. Lampu dinyalakan bersama beberapa impian, tidak hanya itu berburu nomor akan dikerjakan," ujar Jarwo.

Perjalanan panjang ditempuhnya. Melewati macet dan bertemu beberap senyuman. Tidak ada rasa iri hati, kecuali pada tukang parkir yang sombong. Kesombongan itu akan berdampak pada beberapa catatan. Mencintai tulisan dan mengabarkan apa saja yang kesal.

"Doa baik untuk mereka penjuang rupiah. Menukar tiap tetesan keringat dengan rupiah. Membawa doa bagi kemuliaan sesama. Tidak hanya pada kepentingan diri sendiri, setiap langkah dikerjakan dengan sepenuh hati. Entah, nanti akan menjadi seperti apa," ujar Timeo.

Belum sempat siang datang. Perjalanan dilanjutkan ke SMP. Mencari pilihan demi pilihan. Membawa banyak doa pada kesempatan. Untuk setiap hal yang masih bisa dikerjakan. Informasi tidak akan tertukar dengan cepat. Semua sudah diatur, bentuk kepasrahan hidup yang menyebalkan. Tidak hanya itu, pada setiap tulisan ada harapan.

"Menulis nama saja salah. Bagaimana nanti memberikan harapan untuk masa depan. Bukanhkah setiap harapan itu dimulai dari tulisan?" kata dalam hati seorang penulis awalan.

Bukan hanya pada pandangan, bentuk semacam perjumpaan terjadi. Ada nilai yang merdeka. Bersama beberapa jumpa. Terus menerus memilih hidup lebih baik lagi.

"Ini tentu menjadi wacana untuk membuat orang peduli, setiap kesempatan itu bermunculan dengan amarah. Bisa jadi, itu membawa dampak buruk pada pilihan hidup. Lalu, setiap hal yang dinilai buruk sebenarnya juga menjadi wacana akan kepentingan," ujar Jarwo.

Kesal karena perjalanan masih panjang, Jarwo memilih bermimpi. Mendoakan setiap harapan untuk tetap bersama. Tidak ada yang lebih penting dari sekedar menikmati hari ini dan masa kini.

"Tidak perlu bilang pada pencapaian, semua akan menjadi percuma saja. Lalu, hanya muncul tidak peduli pada orang lain. Kosong seperti halnya perasaan duka," ujar Timeo.

Langkah menjadi pembuktian. Setiap kabar sukacita menolong untuk tetap berbenah. Membentuk kesempatan dengan harapan. Menuai setiap langkah dengan kasih.

Perlahan, bukan hanya kicau burung yang langka. Tapi, senyuman sebelum perpisahan. Setiap orang memiliki kesempatan sama. Ada kepentingan yang dilupakan. Perlahan, pada setiap hari yang indah ada perpisahan.

"Bukan kematian yang memisahkan, tapi ego dan kepentingan semata. Tidak hanya itu, bentuk lampu menjadi rambu akan rindu. Tidak bersama hidup, kemudian bersama dengan gerakan memaknai hari dan hirup napas sunyi," kata harapan Jarwo dengan sedikit penyesalan.

Tidak ada penyesalan sebenarnya, hanya beberapa kabar sejuk tentang hidup. Untuk terus memberikan makna pada kesepian itu sendiri. Kesepian adalah teman waktu.

Godean, 20 Juni 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun