Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunga dari Joyontakan

19 Juni 2023   18:47 Diperbarui: 19 Juni 2023   18:48 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bunga dari Joyontakan

Yudha Adi Putra[1]

 

perlukuan@gmail.com

Tak mudah menghias gang dengan bunga dan sayuran, tapi Lumayani, Ibu rumah tangga di RW 04 Joyontakan, berhasil menginisiatif penanaman hingga diikuti warga lain. Sulit untuk mengubah kebiasaan masyarakat dalam memanfaatkan lahan kosong di gang menuju rumah-rumah. Lumayani (56) berupaya menyadarkan warga untuk memanfaatkan lahan kosong dengan menanami sayuran, bunga, dan memelihara ikan. Berjuang sendiri, bahkan diragukan suami, Lumayani tetap gigih menanam dan mempersiapkan media tanam. Karena berhasil panen, warga mulai tertarik menolong hingga perlahan punya tabungan tanaman dan peliharaan ikan lele dari lahan kosong sekitar rumah.

Menyadari Kebiasaan

Lumayani sudah mulai menanam sayuran dengan plastik bungkus minyak goreng di depan rumahnya pada 2019. Sebenarnya ia hanya berencana untuk mengisi kegiatan di kala pandemi, tetapi belum mempratikkan hingga lahan kosong gang. Lahan kosong dibiarkan saja, bahkan hingga rumput liar tumbuh subur. Mereka kurang peduli dengan lahan kosong, hanya selokan kecil yang bisa meluap kala banjir. Apalagi belum ada kebiasaan untuk menanam sayuran di halaman rumah, bahkan pinggiran gang.

Sejak akhir 2019, Lumayani mengajak warga lewat grup Whatsappa untuk memanfaatkan lahan kosong di depan rumah mereka. Lumayani mengirimkan foto dan video dari bunga serta sayuran yang ditanamnya. Banyak warga tidak peduli. Bagi Lumayani, yang sehari-hari aktif di kegiatan PKK, menjadi penting untuk menyadari kebiasaan warga dalam memanfaatkan lahan kosong. Mengelola sampah saja tidak cukup, maka dari itu perlu menghijaukan lingkungan dengan tindakan konkret menanam sayuran. Harapannya untuk menghiasi gang yang banyak lahan kosongnya tidak kunjung mendapat dukungan dari warga. Tapi, ia tetap gigih mengumpulkan plastik pembungkus minyak goreng dan tanah yang bercampur dengan kotoran ayam sebagai media tanam.

"Dulu, saya dikira kurang kerjaan. Masa, ada pinggiran gang malah ditanami bunga dan tanaman sayur. Kayak orang nganggur saja. Tapi, tetap saya kerjakan kalau ada waktu luang. Entah pagi, siang, atau malam saya kerjakan. Itu membuat banyak warga melihat dan akhirnya mulai penasaran," tutur Lumayani akhir Mei 2023 di halaman rumahnya yang penuh bunga. Merasa tidak diperhatikan, Lumayani menyadari memang kebiasaan masyarakat untuk menanam masih jarang. Ia tahu, banyak yang lebih suka praktis dengan beli sayuran di pasar. Namu, ironisnya, sayuran yang dibeli malah tidak sehat karena banyak peptisida yang digunakan kala menanamnya.

Peka dengan Relasi Kuasa

Selain berkomitmen serta konsisten pada langkah menanam, Lumayani juga berjuang dengan berkonsultasi bersama Kepala Desa serta Ketua Karang Taruna Joyontakan. Isu lingkungan menjadi urgensi bersama, di mana kebijakan serta pengaruh tokoh masyarakat turut berperan. Kenyataan itu disadari Lumayani, hingga memperkuat keinginannya untuk memperjuangkan gang-gang di Joyontakan bersemi bunga, sayuran, dan lahan kosong bermanfaat untuk memelihara ikan lele. Tanaman pangan dan kedaulatan pangan diupayakan Lumayani dengan menyadari relasi kuasa. Relasi kuasa dan pengaruh, bagi Lumayani berperan dalam mewujudkan gang yang tertata kreatif, asri, dan memiliki nilai ekonomis bagi warga. Tentu, itu semua perlu dikerjakan dengan inisiatif yang konsisten. Mereka yang memiliki pengaruh dalam masyarakat dilibatkan oleh Lumayani, tentu dalam peran dan tindakan beragam.

Tahun 2022, pengurus rukun tetangga (RT), PKK, dan Karang Taruna di kompleksnya mendapatkan ruang untuk berkolaborasi dengan Eco Bhineka. Eco Bhineka merupakan gerakan dalam isu kerukunan umat beragama dan pelestarian lingkungan yang diusulkan oleh Nasyiatul Aisyiyah. Momen berkolaborasi dengan Eco Bhineka menjadi pembelajaran, terutama untuk melakukan karya lingkungan bersama lintas agama dengan memakai pendekatan kelestarian lingkungan dan pemahaman teologis lintas agama. Lumayani menyebutkan, terdapat 3 kata kunci Eco Bhineka yang diperolehnya dari penjelasan Hening Parlan. "Melalui Muhammadiyah kita mendalami dan menyelami tentang nilai-nilai Islam. Dalam hal ekologi, ada kepekaan memperhatikan lingkungan serta kehidupan. Lalu, berkaitan dengan bhineka, ada Muhammadiyah yang menjadi rumah besar untuk umat. Lebih lanjut, ada keberagaman yang ada dalam Eco Bhineka," kenang Lumayani.

Revolusi Mental

Proyek Eco Bhineka berjalan dengan kerja-kerja lingkungan hidup dan kerukunan antar umat beragama. Momen itu dimanfaatkan Lumayani dalam mempromosikan menanam sayuran. Langkah sederhana yang perlahan mendapatkan perhatian warga. Sampah warga setelah dipilah, mulai diolah dan disisihkan untuk membantu proses penanaman sayuran. Plastik pembungkus digunakan untuk pot dan sampah organik dibuat pupuk serta makanan dalam budidaya magot. "Cara menanam dan membuat pupuk jadi bervariasi. Lalu, ada inisiatif dari warga lain untuk membuat tempat menanam. Jadinya, gang-gang penuh hiasan tanaman sayuran serta bunga-bunga. Kalau mau masuk Joyontakan, rasanya asri sekali," jelas Lumayani yang kala itu merapikan sayuran sendirian.

Proyek inisiatif Lumayani dalam menanam sayuran berjalan baik sehingga dijadikan tempat anjangsana PKK dari kelurahan lain. Tahun 2023, bekerja sama dengan Eco Bhineka dan melibatkan Karang Taruna, ada perubahan kebiasaan dalam masyarakat. Ada revolusi mental dan perubahan cara pandang dalam merespon lahan kosong. Untuk menjadikan lahan kosong di pinggir gang tidak hanya sekedar tumbuh rumput, tapi tempat menanam yang punya nilai estetik sekaligus ekonomis. "Waktu itu, saya hanya menanam sayuran dan bunga seadanya di gang depan rumah. Butuh waktu, keterlibatan tokoh masyarakat, hingga akhirnya di tiap gang sekarang jadi penuh dengan tanaman sayuran, bahkan ada selokan untuk pelihara ikan lele. Kalau untuk bunga, itu hiasan saja. Biar lingkungan tercinta tetap cantik. Sayang, kalau lahan kosong cuma tumbuh rumput," ujar Lumayani.

Hasil dari inisiatifnya menanam bunga dan sayuran, kini Joyontakan di beberapa RT menjadi memiliki nilai seni serta ekonomi. Jenis sayuran yang ditanam terus bertambah, bahkan kini telah mempersiapkan tanaman obat keluarga. Selokan juga menjadi tempat budidaya serta memelihara ikan lele dan rencana bertambah ikan nila. Awal April 2023, panen lele hingga 20 kilogram yang dijual kembali ke warga dan bisa memberi kas untuk RT. Saat ini, Lumayani bekerja sama dengan PKK untuk mempromosikan Joyontakan menjadi desa wisata. "Jika berhasil, saya ingin tempat lain juga mencoba di konteksnya. Selain membuat lingkungan asri, nanti bisa punya cadangan sayuran untuk keluarga. Itu ramah lingkungan, karena di tanam sendiri," harap Lumayani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun