Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kemarahan Burung Pleci

15 Juni 2023   09:06 Diperbarui: 15 Juni 2023   09:10 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarahan Burung Pleci 

Tulisan Yudha Adi Putra

Di pohon beringin tengah alun-alun, burung gereja dihadapan burung ciblek, burung prenjak, dan burung sulingan bercerita. Tak ada yang burung gereja ceritakan, selain kehilangan sarang yang sudah dengan susah payah dibangun. Selagi mereka bingung akan perbincangan, datanglah burung pleci. Burung cici kacamata pemakan pisang.

"Teman-teman, sarangku yang ada di dekat pohon rambutan kini sudah hilang," teriak burung pleci membuat semua burung menatap ke arahnya.

"Apa maksudnya ? Kini banyak sarang yang hilang. Apakah ada pemburu?" ujar burung prenjak.

"Tak tahu. Sepertinya banyak yang mengincar burung," kata burung pleci.

"Kedatanganku ke mari hanya ingin melaporkan, bahwa koloni burung pleci ini bergabung membuat sarang dipohon ini. Sesudah bergabung, kami berencana memberi tahu tempat-tempat strategis untuk mencari makan,"

"Ketahuilah, sebagian besar dari kami yang tinggal di pohon beringin ini tidak suka makan pisang. Nanti bagaimana, kalau semua burung pleci yang banyak itu datang ke sini. Tempat ini saja sudah cukup sempit," kata burung ciblek dengan ketus.

Percakapan antar burung kian memanas. Ketika mulai berdatangan burung lain. Lingkungan kota memang sudah tidak aman bagi burung-burung kicau. Mereka bisa ditangkap kapan saja. Lalu, dibiarkan hidup dalam sangkar untuk dinikmati kicauannya oleh manusia. Itu juga yang menjadi kekhawatiran burung pleci. Ia takut berpisah dengan koloninya, tapi takut juga menganggu penghuni pohon beringin di tengah alun-alun.

"Tidak perlu khawatir. Pohon ini akan cukup untuk semua burung. Lagi pula, burung di kota tidak banyak seperti di hutan. Tenangkan dirimu, burung ciblek. Hanya karena kehilangan sarang, dirimu menjadi ketus dan tidak bersahabat lagi. Yang bersalah itu pemburu. Bukan kedatangan burung pleci. Kita harus kompak mencari solusi supaya bisa aman. Karena kita sendiri yang jarang hadir dan berkunjung ke masing-masing sarang untuk berelasi," ujar burung sulingan tampak di dengarkan semua burung.

Hanya saja, wajah burung ciblek jadi memerah bara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun