Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perpisahan Pasar Malam

10 Juni 2023   21:49 Diperbarui: 10 Juni 2023   21:50 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa jawaban, Jarwo menuliskan harapan. Bukan untuk hidup lebih baik. Hanya dengan perpindahan serta gantian. Itu akan melegakan. Paling tidak, akan ada kesempatan untuk memiliki cara pandang baru. Benar, tentang cara pandang, Jarwo masih asyik merapalkan harapan.

***

Pagi kembali menjadi siang. Tanpa deru kendaraan, pinggir selokan memberikan sapaan. Semua tampak nyaman dan menentramkan. Ada pilihan untuk terus melangkah. Membawa pada harapan yang dinantikan.

"Ada pelatihan di jalan yang indah. Jalan penuh dengan perjuangan. Aku harus datang, memberikan banyak senyuman serta harapan. Berulang kali, ada kepentingan bermunculan. Tidak hanya itu, tetap pada harapan akan menjadi pejuang. Ada kepentingan lain untuk dibentuk ?" tanya Jarwo pada kesepian. Kesepian sudah menjadi kawan. Ia semacam bentuk perjuangan. Tanpa kata, kesepian menjelma jadi perpisahan.

"Tak ada yang mengerti tentang hidup. Bisa selesai kapan saja. Apa yang diharapkan bisa beragam. Makan dengan penantian. Ada juga antrean yang lama. Mengajak setiap harapan untuk tetap bisa makan. Tapi lama, tidak bijaksana jika menunda. Membiarkan diri kelaparan tanpa harapan. Tentu akan menyiksa pilihan lain. Kini, bukan tentang tempat. Tapi, menjadi harapan lagi untuk tetap mencintai hidup," ujar Handoko penuh semangat. Kali ini, ada kepercayaan ketika menatap Jarwo. Tentang langkah hidup selanjutnya. Ada saja misteri untuk dijalani.

***

Menutup hari dengan perjalanan jauh. Ada percakapan untuk pasar malam. Rencana untuk menemukan makna hidup. Berulang pada pertemuan. Namun, setiap harapan itu muncul bersama hidangan pembuka saat pasar malam.
"Tidak ada uang untuk dikembalikan nanti. Kini, harus ada langkah untuk tetap bijaksana. Memberikan setiap harapan yang sama. Ada kesenjangan yang perlu dikelola. Datang dan pergi menjadi kehendak," ujar Jarwo pada persiapan menuju pasar malam.

Hari makin menjadi, bertambah pada gundah. Tidak ada yang mengerti. Cerita bisa berakhir kapan saja. Tentang perpisahan pasar malam, tak ada anak yang siap. Semua menangis, kecuali Jarwo tertawa dalam keheningan.

Godean, 10 Juni 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun