Kalung dan gelang cukup memberikan jawaban. Menukar setiap sapaan dengan senyuman. Ada uang, barang berdatangan. Bertemu kembali rasa lelah. Tukar dalam hening. Kalung dan gelang menjadi bentuk kepedulian. Tidak bisa didefinisikan, paling tidak itu cukup untuk menemukan makna.
"Percakapan tentang burung memang sederhana, tapi langkah akan muncul dan pilihan bisa berdatangan. Cukup, untuk diberikan warna yang beragam. Tidak dapat dihindarkan, setiap pilihan membawa perubahan. Kalung ini akan mencatat sebuah salib. Perpisahan pada percaya," hening seketika. Hening dalam banyak pertanyaan.
Untuk waktu bimbang di jam makan siang.
Tidak ada yang dimakan. Uang habis dan harapan menjadi pupus. Tidak hanya itu, setiap telinga menjadi berisik. Pesta ada di mana-mana. Tidak ada ruang untuk sekedar tangisan. Hilang dalam bentuk harapan. Semua menjadi senang. Tempat ditukar dengan kesenangan.
"Mulai sekarang, semua wajib bahagia. Kepedulian diolah sedemikian rupa menjadi warna yang semu. Tidak ada ide segar, hanya pengulangan yang cukup untuk dikatakan membosankan," ujar penyesalan pada harapan.
Tidak ada pembelajaran, semua jadi uang. Pelajaran yang ada hanya mendapatkan untung sebanyak-banyaknya dengan kerugian seminimal mungkin. Bertambah dengan pilihan. Menemukan banyak bentuk hidup dengan tertawa. Tidak ada pilihan lain. Semua harus tetap dijalankan.
Untuk perpisahan dengan memandikan burung
Ada pertarungan dalam sangkar. Tentang waktu yang berdampak dalam hidup. Memberikan semprotan kehangatan beserta ucapan. Mendoakan hal baik dalam senyuman. Setiap warna akan timbul dan memunculkan setiap doa.
"Mandikan saja, itu akan memberikan kehidupan serta pilihan dalam melangkah. Tidak hanya menjadi fana saja. Kemudian, setiap perkataan itu akan memberikan dampak pada pertemuan. Ketakutan menjadi nyata, tapi tidak untuk dihindari. Namun, beberap hal bisa saja berulang pada kesempatan selanjutnya. Belum semua hilang," ujar keheningan dengan bahasa tanpa kata. Tapi, dengan cinta berwujud memandikan burung. Melompat dengan takut, itu menjadi jawaban.
Untuk kipas angin tanpa gerak
Mungkin, kesalahan pertama adalah motivasi. Ia hilang entah ke mana, menemukan banyak tawa sebelum akhirnya jadi hidup. Tidak bisa dilakukan, menemukan pertemuan lain. Perlahan, pada setiap tulisan itu menjelma jadi harapan.