Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Percakapan Seminggu

14 Mei 2023   10:17 Diperbarui: 14 Mei 2023   10:27 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Percakapan Seminggu

Cerpen Yudha Adi Putra

Untuk beberapa hal yang terjadi, seminggu berlalu begitu cepat. Mendorong langkah untuk tetap berbenah. Dalam rangka mendukung kegiatan, semua dilakukan secara perlahan saja. Mungkin, tidak boleh berjumpa dan hidup untuk terus berjalan. Harapan bisa saja hilang, tapi kepenuhan diri tidak bisa dihindari.

"Kini sudah minggu. Kita mencoba ingat kembali, kenapa tidak bisa berlalu begitu saja ? Pilihan akan menjalani hari berbeda. Orang akan datang dan pergi. Mimpi di rawat sendiri. Peduli atau tidak, semua akan baik-baik saja," ujar Jarwo. Perjalanan dalam mimpi membawa kenyataan untuk dilakukan. Bukan dihindari, selama seminggu. Poin penyesalan dimunculkan, berdampak pada harapan untuk berjuang.

***

Patahan senin, kini dimulai dengan awal Minggu. Tidak semua menganggap Senin seram, khusus tertentu berdampak pada hari selanjutnya. Senin bisa jadi hari sibuk. Tidak dapat dihindari, tapi ada juga menikmati Senin dengan cuti.

"Semua tentang Senin akan tergambarkan seram. Untuk mereka yang takut terlambat. Bisa saja, memilih Senin untuk tidak dihadiri. Belum sempat berjalan dengan misteri. Kini Senin berdampak pada kesempatan," ujar Jarwo.

Kesempatan untuk menata Senin pasti memungkinkan. Menyalakan lampu, menduduki kursi kesayangan. Menyiapkan teh hangat beserta camilan.

"Biasanya aku senang menikmati kerupuk. Entah dalam bentuk kecil, tapi bisa juga bukan kerupuk. Senin berlalu begitu cepat, tapi dimulai dengan perasaan haru dalam jemu. Mungkin saja, perjalanan akan Senin memang misteri," keluh Jarwo.

***

Kini menikmati Selasa, berjalan dengan penuh tanya mengurai makna. Semoga Selasa menjadi momen panas untuk berjuang. Selasa itu penuh tanya. Akan niat untuk melangkah, tapi bisa juga berdampak pada relasi kuasa. Pengenalan akan kekuasaan itu boleh dilakukan sementara.

"Kini, kita akan berjuang untuk harapan yang lebih baik. Selasa berjumpa dengan tawa. Menemani hari untuk terus tersenyum. Membantu perjuangan dalam seminggu. Untuk doa, semua dilakukan," ujar Jarwo mengenang hari Selasa.

Belum sempat beranjak jumpa, Selasa selalu menghadirkan tawa. Hadirnya menorehkan banyak tanya. Tanya tak perlu dijawab. Bertumbuh dalam berbagai harapan. Menjumpai impian seketika untuk hidup. Selasa akan jadi hari kedua, di mana setiap sapa akan menjelma jadi nyata.

"Aku ingin jadi penulis," kenang Jarwo di hari Selasa. Semoga terlaksana.

***

Belum sempat melanjutkan percakapan Rabu, Jarwo memilih untuk jeda. Awalnya, dimulai dengan perjalanan. Menopang kehidupan untuk memilih dan memilah. Doa baik, jeda diperlukan untuk tetap sehat. Perlahan, Jarwo melangkah menuju sangkar burung. Membunyikan senyuman.

"Kelak kita akan berjuang bersama. Bernyanyi untuk hari dengan perjuangan. Tapi, pagi ini aku harus kembali membaca. Menemukan makna pada setiap perpisahan. Untuk itu, tersenyum menjadi perlu," perjuangan Jarwo dalam kata.

"Semoga harapan untuk menjemput cinta itu menjadi nyata. Bersama banyak mimpi lainnya. Jam berganti dengan cepat. Ini saat untuk menuai harapan, perlahan saja. Belum lagi, setiap jumpa akan menjadi pertanyaan yang seru. Kita tidak bisa menyenangkan banyak orang, semua orang tidak bisa ?"

Pernyataan itu menolong Jarwo. Mencintai hidup dengan penuh pertanyaan. Memuai pada senyuman.

"Kelak, suatu saat nanti hidup menjadi lebih baik lagi. Berteman dengan harapan yang nyata. Menulis bersama impian. Meski banyak menyepelekan, tetap saja. Perjuangan untuk mengubah nasib menantang rasi bintang itu diperlukan. Garis tangan yang sudah dipastikan itu tidak benar. Garis tangan perlu diubah," kelakar Jarwo dalam kebimbangan.

***

Pertanyaan diterima Jarwo dengan senang. Menimba banyak ilmu dari bertanya. Membuat duka terasa abadi. Kini, setiap kebanggaan akan hidup bertambah. Langkah terasa, nyaris tidak berdaya.

"Belum sempat terasa nyaman. Kini, setiap langkah bertambah untuk dicintai. Begitu setiap konflik tiba, olahan menjadi penuh dengan perjuangan. Canda dan tawa itu hanya topeng saja. Tidak ada yang tahu betul bagaimana sepenuhnya perasaan hati. Tetap saja, hidup harus terus berjalan," ujar Jarwo membawa beberap keinginan.

"Mungkin saja, tidak ada informasi tentang itu. Berlomba menapaki mimpi. Berjuang untuk masa depan dan menikmati hari. Untuk beberapa hal, biar tetap menjadi mister. Skripsi akan selesai dengan sendirinya," ujar Jarwo.

Godean, 14 Mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun